Minggu, 30 Maret 2014

Cerpen

Air Mata Emak

 Aku terlahir dari keluarga yang serba kekurangan.”Nila” itulah nama panggilanku.Aku tinggal di sebuah gubuk kecil yang terbuat dari bilahan bambu.Aku tinggal hanya bersama emak yang sangat aku cintai.

Sekarang aku sudah duduk di kelas 1 SMA.Sejak SD sampai sekarang aku selalu menjadi juara,sehingga tak sedikit guru yang mengenalku.Di sekolah aku juga mempunyai sahabat-sahabat yang selalu di sampingku dalam keadaan apapun tanpa memandang siapa aku.Mereka adalah Tasbih,putri,dini dan pipit.

Pekerjaan emak sehari-hari hanya mencari kayu bakar yang kemudian di jual di pasar untuk biaya sekolah ku dan makan.Setiap pulang sekolah,aku selalu membantu emak untuk mencari dan mengumpulkan kayu bakar.

Suatu hari aku terenyak dengan kata-kata emak yang akan berusaha mencari uang agar aku bisa menggapai cita-citaku.Hhh..sebesar itukah harapannya untukku hingga dia rela banting tulang setiap hari mandi keringat hanya demi aku?!

Keesokan harinya di sekolah,wali kelas memanggilku ke ruangannya.”Nila,kamu sudah nonggak SPP selama 2 bulan.Kamu harus cepat,jika tidak kamu tidak akan bisa ikut ulangan MID semester minggu depan.”

Perkataan wali kelas masih terngiang di telingaku.Tiba di rumah,ku temui emak yang sedang terkulai lemas dan batuk-batuk.Kemudian ku ajak dia ke dokter,tapi dia tidak mau.

“Ya sudah.Kalau begitu emak istirahat saja!biar Nila yang mencari kayu bakar.”ujarku yang kemudian mengganti baju dan segera mencari kayu bakar.

Saat mengumpulkan kayu bakar,aku teringat akan kondisi emak saat ini.Rasanya tak mungkin aku membicarakan SPP itu pada emak.Perasaanku sedih membuat air mata membanjiiri wajahku.Keadaan ekonomi yang membuatku dan emak seperti ini.Aku selalu berharap keajaiban Tuhan untukku dan emak.

Karna aku tidak bisa membayar SPP selama 2 bulan ini,aku tidak bisa ikut ulangan MID semester.Aku berusaha membujuk wali kelas agar di berikan sedikit keringanan.Tapi percuma,itu sudah ketetapan pemerintah.

Esoknya aku menjaga emak di rumah yang sedang sakit parah.Emak bertanya kenapa aku tidak sekolah dan kucoba mencari alasan.Namun emak memaksa.

“Maafkan Nila mak,sebaiknya Nila lepas seragam saja.”

“apa?seenaknya kau mengeluarkan kalimat itu Nila!Emak kecewa mendengarnya.”

“Maafkan Nila mak,Nila tidak berniat begitu.Nila hanya ingin meringankan beban kita.Nila tidak mungkin melanjutkan sekolah,sementara sampai saat ini Nila tidak bisa membayar SPP yang sudah nonggak 2 bulan.”Air mataku terus mengalir,ku tangkap guratan kesedihan di hati emak saat mendengar pengakuanku.

“Jadi karna SPP? Kita bisa mencari uang.Emak akan berusaha agar kau bisa tetap sekolah.”ujar emak yang kemudian bangkit dari tidurnya hendak pergi.Tapi,aku berhasil menahannya.

“Mau cari uang kemana mak? Sudahlah,percuma saja.Emak masih sakit,!”

“Tidak Nila.Emak tidak ingin kau putus sekolah.”berontak emak.

“Sudah mak,cukup! Dengarkan Nila mak,biarkan Nila lepas seragam.Emak tau kan? Untuk makan saja kita sudah susah mak! Kita juga harus fikirkan itu.”

Kami berdua menangis terisak meratapi semua dera yang menimpa kehidupanku dan emak.Emak terus bersikeras untuk mencari uang,tapi akhirnya aku bisa menenangkannya.

“Mau jadi apa kau nanti jika harus putus sekolah Nila?”

“Mak,belajar bukan hanya bisa di lakukan di sekolah,di rumah juga bisa.Walaupun Nila harus melepas seragam,itu tidak akan menggugurkan cita-cita Nila,mak.Jadi Nila mohon,biarkan Nila lepas seragam demi mengurangi beban hidup kita mak.”Ku genggam tangan emak untuk meyakinkannya.

Akhirnya sekarang aku mulai belajar di rumah.Dan melewati hari-hariku bersama emak mencari kayu bakar di Hutan.