Air Mata Emak
Aku terlahir
dari keluarga yang serba kekurangan.”Nila”
itulah nama panggilanku.Aku tinggal di sebuah gubuk kecil yang terbuat dari
bilahan bambu.Aku tinggal hanya bersama emak yang sangat aku cintai.
Sekarang aku sudah duduk di kelas 1 SMA.Sejak SD
sampai sekarang aku selalu menjadi juara,sehingga tak sedikit guru yang
mengenalku.Di sekolah aku juga mempunyai sahabat-sahabat yang selalu di
sampingku dalam keadaan apapun tanpa memandang siapa aku.Mereka adalah Tasbih,putri,dini
dan pipit.
Pekerjaan emak sehari-hari hanya mencari kayu bakar
yang kemudian di jual di pasar untuk biaya sekolah ku dan makan.Setiap pulang
sekolah,aku selalu membantu emak untuk mencari dan mengumpulkan kayu bakar.
Suatu hari aku terenyak dengan kata-kata emak yang
akan berusaha mencari uang agar aku bisa menggapai cita-citaku.Hhh..sebesar
itukah harapannya untukku hingga dia rela banting tulang setiap hari mandi
keringat hanya demi aku?!
Keesokan harinya di sekolah,wali kelas memanggilku ke
ruangannya.”Nila,kamu sudah nonggak SPP selama 2 bulan.Kamu harus cepat,jika
tidak kamu tidak akan bisa ikut ulangan MID semester minggu depan.”
Perkataan wali kelas masih terngiang di telingaku.Tiba
di rumah,ku temui emak yang sedang terkulai lemas dan batuk-batuk.Kemudian ku
ajak dia ke dokter,tapi dia tidak mau.
“Ya sudah.Kalau begitu emak istirahat saja!biar Nila
yang mencari kayu bakar.”ujarku yang kemudian mengganti baju dan segera mencari
kayu bakar.
Saat mengumpulkan kayu bakar,aku teringat akan kondisi
emak saat ini.Rasanya tak mungkin aku membicarakan SPP itu pada emak.Perasaanku
sedih membuat air mata membanjiiri wajahku.Keadaan ekonomi yang membuatku dan
emak seperti ini.Aku selalu berharap keajaiban Tuhan untukku dan emak.
Karna aku tidak bisa membayar SPP selama 2 bulan
ini,aku tidak bisa ikut ulangan MID semester.Aku berusaha membujuk wali kelas
agar di berikan sedikit keringanan.Tapi percuma,itu sudah ketetapan pemerintah.
Esoknya aku menjaga emak di rumah yang sedang sakit
parah.Emak bertanya kenapa aku tidak sekolah dan kucoba mencari alasan.Namun
emak memaksa.
“Maafkan Nila
mak,sebaiknya Nila lepas seragam saja.”
“apa?seenaknya kau mengeluarkan kalimat itu Nila!Emak kecewa mendengarnya.”
“Maafkan Nila mak,Nila tidak berniat begitu.Nila hanya
ingin meringankan beban kita.Nila tidak mungkin melanjutkan sekolah,sementara
sampai saat ini Nila tidak bisa membayar SPP yang sudah nonggak 2 bulan.”Air
mataku terus mengalir,ku tangkap guratan kesedihan di hati emak saat mendengar
pengakuanku.
“Jadi karna SPP? Kita bisa mencari uang.Emak akan
berusaha agar kau bisa tetap sekolah.”ujar emak yang kemudian bangkit dari
tidurnya hendak pergi.Tapi,aku berhasil menahannya.
“Mau cari uang kemana mak? Sudahlah,percuma saja.Emak
masih sakit,!”
“Tidak Nila.Emak
tidak ingin kau putus sekolah.”berontak emak.
“Sudah mak,cukup! Dengarkan Nila mak,biarkan Nila lepas
seragam.Emak tau kan? Untuk makan saja kita sudah susah mak! Kita juga harus
fikirkan itu.”
Kami berdua menangis terisak meratapi semua dera yang
menimpa kehidupanku dan emak.Emak terus bersikeras untuk mencari uang,tapi
akhirnya aku bisa menenangkannya.
“Mau jadi apa kau nanti jika harus putus sekolah Nila?”
“Mak,belajar bukan hanya bisa di lakukan di sekolah,di
rumah juga bisa.Walaupun Nila harus melepas seragam,itu tidak akan menggugurkan
cita-cita Nila,mak.Jadi Nila mohon,biarkan Nila lepas seragam demi mengurangi
beban hidup kita mak.”Ku genggam tangan emak untuk meyakinkannya.
Akhirnya sekarang aku mulai belajar di rumah.Dan
melewati hari-hariku bersama emak mencari kayu bakar di Hutan.