Senin, 19 Mei 2014

" Aku memilih Sahabat "



Tok tok tok !

Sesosok gadis berjilbab dengan seragam SMA lengkap tampak sedang berdiri di depan pintu. Dan sesaat terlihat seorang gadis berambut hitam membuka pintu dan langsung tersenyum, juga mengenakan seragam yang sama.

“Maaf ya, aku lama.” Ucap si gadis berambut hitam.

“Nggak apa-apa. Ya udah, kita berangkat yuk !” Balas si gadis berjilbab.
 
Pagi itu, angin begitu sibuknya saling berlalu. Burung-burung bernyanyi dengan melodi yang indah. Dan mentari tersenyum dengan sangat manis. Mengiringi untaian langkah dua orang gadis yang selalu bersama. Seyna Ethiara Carres, seorang gadis berdarah jawa dan australia. Dia memiliki sahabat yang selalu setia di sampingnya. Kapanpun dan dimanapun. Dia biasa memanggilnya Sarah. Seorang gadis berjilbab kelahiran jawa. 10 tahun persahabatan mereka, tak pernah kandas dengan konflik yang tak terselesaikan. Seperti menara Eiffel dan paris yang tak mungkin dipisahkan. Begitulah mereka. Hingga cinta hadir dan merubah segalanya.

Murid baru ! Kehadiran seorang laki-laki berambut hitam, berbadan tegap dan dengan sebelah lesung pipinya, sejenak mengubah perasaan di hati kedua sahabat itu. Juga sebaliknya. Hanya saja laki-laki berbadan tegap itu tampak menyukai salah satu dari mereka berdua. Waktu istirahat tiba, kedua gadis itu nimbrung di kantin seperti biasanya. Dan seorang laki-laki datang menghampiri mereka.

“Hai... aku boleh duduk di sini nggak ?” sapanya seraya menunjuk bangku kosong di depan Seyna dan Sarah.

“Eh Galang. Boleh banget !.” Jawab seyna dengan senyuman manis.

Selama waktu itu, Seyna terus memandang ke arah Galang, berharap laki-laki itu juga memandangnya. Namun ternyata pandangan Galang malah bertemu dengan pandangan Sarah yang kemudia tertunduk malu. Dan wow ! ada sentuhan aneh yang menggebu. Hening sejenak. Kemudian mereka tersadar dengan suara bel masuk.

Pulang sekolah, Sarah merasa ada yang aneh dengan Seyna.

“Aku perhatiin dari tadi kok senyum-senyum sendiri ? hayoo... kenapa ?” Ucap Sarah mengawali pembicaraan.

“Hmmm... Syalala. Aku rasa aku jatuh cinta, Ra.” Jawab Seyna sambil tersenyum lebar.

“Ciiieee... siapa sih laki-laki yang sudah merebut hati sahabatku ini ?” Tanya Sarah sambil bercanda dan menyenggol bahu Seyna.

“Kamu pasti tau orangnya, Ra. Dan untuk sekarang, aku nggak akan kasi tau kamu. Aku mau kasi kejutan buat kamu. Nanti setelah aku jadian sama dia. Haha...” balas Seyna sambil tertawa.

“Hmm... gitu ya ! sekarang udah maen rahasiaan sama aku.” Ucap Sarah. Sementara, Seyna terus berjalan dan bernyanyi riang.

Bukan hari itu saja, wajah Seyna berseri setiap hari. Seakan ada bunga-bunga cinta yang tumbuh di taman hatinya. Sejak saat itu, Seyna menjadi lebih tertutup pada Sarah. Dan selalu menyembunyikan inisial seseorang yang dicintainya. Hingga akhirnya, hari itu Seyna harus menerima kenyataan bahwa Galang tak pernah memiliki rasa yang sama sepertinya. 

“Maafin aku, Na. Aku sudah jatuh cinta pada seseorang. Aku yakin suatu hari nanti kamu pasti dapetin seseorang yang lebih baik dari aku.” Ucap Galang yang akhirnya menorehkan luka yang dalam di hati Seyna.

Sejenak, ada sengatan listrik yang menyambar palung hati Seyna begitu dalam. Senyuman yang awalnya tak pernah tergantikan dengan apapun, kini justru terganti air mata dan kepedihan. Dia tak menyangka, cinta pertamanya tak pernah mencintainya. Tak tertahan, deraian air mata membanjiri wajahnya. Di saat seperti ini, Seyna sangat membutuhkan sahabatnya yang justru sedang bergulat dengan problema hatinya, yang ternyata juga mencintai Galang. Gadis berjilbab itu terus berusaha melawan hatinya yang dirasa tak adil untuk Seyna.

...

Ending :)

Dan akhirnya tanpa Seyna sadari, Sarah datang dan langsung duduk di samping sahabatnya itu. Ada suasana dan ekspresi yang tak wajar dari sahabatnya itu.

“Na... kamu kenapa ?” Tanya Sarah saat melihat ekspresi yang tak pernah ditemui dari sahabatnya itu.

 “Galang, Ra ! Galang !” Jawab Seyna dengan butiran embun yang perlahan jatuh.

“Galang kenapa ? Dia nyakitin kamu ? Bilang sama aku Na !” Balas Sarah dengan nada yang tidak terima sahabatnya menangis seperti itu. Tak ada respon dari Seyna. Hanya derai air matanya yang semakin deras. Sarah berusaha menenangkan sahabatnya itu.

“Jangan kayak gini dong Na. Cerita sama aku apa yang sebenarnya terjadi ?”

“Galang nggak pernah cinta sama aku Ra.” Ucap Seyna terisak.

“Apa ? itu nggak mungkin Na. Kamu pasti lagi kebawa cemburu, makanya kamu bilang gitu.”

“Enggak Ra. Itu kenyataannya. Aku udah salah mengerti arti dari setiap pandangan dan senyumannya. Aku terlalu yakin pada diriku sendiri bahwa dia mencintaiku.”

“Udaah Na. Jangan kayak gini dong. Aku nggak bisa liat kamu kayak gini.” 

Sarah mengulurkan jemarinya untuk menghapus butiran embun di wajah Seyna dan merangkul sahabatnya dengan penuh perasaan. Tanpa sadar, dia meneteskan air mata melihat tangisan Seyna, sahabat satu-satunya yang paling ia sayangi. Seyna melepaskan rangkulan itu dan berusaha tersenyum dihadapan Sarah.

“Tapi aku bahagia, karena Galang sudah mencintai seseorang yang tepat. Meskipun itu bukan aku.”

“Maksud kamu apa, Na ?”

“Galang mencintai seseorang yang sangat cantik kepribadiannya. Gadis itu orang yang pertama kali membuat hatinya merasa sejuk. Dia pintar, ramah, taat beribadah dan sangat anggun dibalik jilbabnya. Gadis itu sekelas dengannya, dengan kita juga.”

Kemudian, Seyna berbalik menatap wajah sahabatnya lekat-lekat dan menggenggam jemari Sarah.

“Gadis yang berhasil merebut hati Galang dan membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama, sekarang ada di hadapanku.”

“A..apa maksud kamu, Na ?” Tanya Sarah, mencari kepastian ucapan Seyna.

“Iyaa. Gadis itu bernama Sarah Altafakiya. Dia satu-satunya sahabat terbaik dalam hidupku.”

Mata Sarah berkaca-kaca dan seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengar dari sahabatnya itu. Itu tidak mungkin. Jika gadis itu, aku. Lalu bagaimana dengan perasaan sahabatku ? Sebenarnya aku juga mencintainya. Tapi aku tidak mungkin menggadaikan perasaan sahabatku. Sarah bertanya-tanya dalam hatinya dan memberontak dengan perasaannya yang ternyata searah dengan Galang dan menjadi rumit dengan Seyna, sahabatnya.

“Aku tau. Sebenarnya kamu juga suka kan sama Galang ? Hanya saja aku mengerti dan paham tentang semuanya sejak perasaanku semakin kuat untuk Galang. Aku baru sadar, cinta tak akan indah dalam sebuah paksaan hati. Aku minta maaf, Ra. Aku udah menghalangi jembatan cinta kamu sama Galang.”

“Enggak, Na. Aku nggak mungkin berani mencintai seseorang yang sangat dicintai sahabatku. Aku sayang banget sama kamu, Na. Aku nggak mungkin dan nggak akan pernah mungkin jatuh hati di tempat yang sama dengan sahabatku.”

“Dengerin aku baik-baik, Ra. Aku akan sangat merasa bersalah kalau sampai kamu bohongi perasaan kamu sendiri, hanya demi perasaanku. Galang mencintai kamu. Kamu juga mencintai Galang. Aku yang memutuskan untuk mencintai Galang. Dan aku juga yang akan memutuskan untuk melepaskan Galang. Aku akan lebih bahagia kalau Galang sama kamu, daripada dengan orang lain. Buat aku, persahabatan kita lebih berharga daripada apapun di dunia ini. Termasuk cinta yang aku rasakan, tapi hanya sepotong hati. Aku ikhlas Ra.”

Tanpa berkata apapun, Sarah memeluk Seyna dengan erat, juga sebaliknya dan air mata yang tak hentinya mengalir dari wajah kedua gadis yang bersahabat sejak 10 tahun lalu. 

“Aku sayang kamu, Na. Aku sayang kamu ! Aku nggak akan pernah bisa dapetin sahabat lain seperti kamu.” Ucap Sarah yang masih dalam rangkulan Seyna.

“Aku juga sayang kamu, Ra. Sayang banget sama kamu !”.


~ Untuk sahabat yang tak akan pernah ku gadaikan dengan apapun di dunia ini,
    Dan tak akan ku korbankan kesetiaannya demi cinta.


" Aku memilih sahabat "



Dan akhirnya tanpa Seyna sadari, Sarah datang dan langsung duduk di samping sahabatnya itu. Ada suasana dan ekspresi yang tak wajar dari sahabatnya itu.

“Na... kamu kenapa ?” Tanya Sarah saat melihat ekspresi yang tak pernah ditemui dari sahabatnya itu.

 “Galang, Ra ! Galang !” Jawab Seyna dengan butiran embun yang perlahan jatuh.

“Galang kenapa ? Dia nyakitin kamu ? Bilang sama aku Na !” Balas Sarah dengan nada yang tidak terima sahabatnya menangis seperti itu. Tak ada respon dari Seyna. Hanya derai air matanya yang semakin deras. Sarah berusaha menenangkan sahabatnya itu.

“Jangan kayak gini dong Na. Cerita sama aku apa yang sebenarnya terjadi ?”

“Galang nggak pernah cinta sama aku Ra.” Ucap Seyna terisak.

“Apa ? itu nggak mungkin Na. Kamu pasti lagi kebawa cemburu, makanya kamu bilang gitu.”

“Enggak Ra. Itu kenyataannya. Aku udah salah mengerti arti dari setiap pandangan dan senyumannya. Aku terlalu yakin pada diriku sendiri bahwa dia mencintaiku.”

“Udaah Na. Jangan kayak gini dong. Aku nggak bisa liat kamu kayak gini.” 

Sarah mengulurkan jemarinya untuk menghapus butiran embun di wajah Seyna dan merangkul sahabatnya dengan penuh perasaan. Tanpa sadar, dia meneteskan air mata melihat tangisan Seyna, sahabat satu-satunya yang paling ia sayangi. Seyna melepaskan rangkulan itu dan berusaha tersenyum dihadapan Sarah.

“Tapi aku bahagia, karena Galang sudah mencintai seseorang yang tepat. Meskipun itu bukan aku.”

“Maksud kamu apa, Na ?”

“Galang mencintai seseorang yang sangat cantik kepribadiannya. Gadis itu orang yang pertama kali membuat hatinya merasa sejuk. Dia pintar, ramah, taat beribadah dan sangat anggun dibalik jilbabnya. Gadis itu sekelas dengannya, dengan kita juga.”

Kemudian, Seyna berbalik menatap wajah sahabatnya lekat-lekat dan menggenggam jemari Sarah.

“Gadis yang berhasil merebut hati Galang dan membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama, sekarang ada di hadapanku.”

“A..apa maksud kamu, Na ?” Tanya Sarah, mencari kepastian ucapan Seyna.

“Iyaa. Gadis itu bernama Sarah Altafakiya. Dia satu-satunya sahabat terbaik dalam hidupku.”

Mata Sarah berkaca-kaca dan seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengar dari sahabatnya itu. Itu tidak mungkin. Jika gadis itu, aku. Lalu bagaimana dengan perasaan sahabatku ? Sebenarnya aku juga mencintainya. Tapi aku tidak mungkin menggadaikan perasaan sahabatku. Sarah bertanya-tanya dalam hatinya dan memberontak dengan perasaannya yang ternyata searah dengan Galang dan menjadi rumit dengan Seyna, sahabatnya.

“Aku tau. Sebenarnya kamu juga suka kan sama Galang ? Hanya saja aku mengerti dan paham tentang semuanya sejak perasaanku semakin kuat untuk Galang. Aku baru sadar, cinta tak akan indah dalam sebuah paksaan hati. Aku minta maaf, Ra. Aku udah menghalangi jembatan cinta kamu sama Galang.”

“Enggak, Na. Aku nggak mungkin berani mencintai seseorang yang sangat dicintai sahabatku. Aku sayang banget sama kamu, Na. Aku nggak mungkin dan nggak akan pernah mungkin jatuh hati di tempat yang sama dengan sahabatku.”

“Dengerin aku baik-baik, Ra. Aku akan sangat merasa bersalah kalau sampai kamu bohongi perasaan kamu sendiri, hanya demi perasaanku. Galang mencintai kamu. Kamu juga mencintai Galang. Aku yang memutuskan untuk mencintai Galang. Dan aku juga yang akan memutuskan untuk melepaskan Galang. Aku akan lebih bahagia kalau Galang sama kamu, daripada dengan orang lain. Buat aku, persahabatan kita lebih berharga daripada apapun di dunia ini. Termasuk cinta yang aku rasakan, tapi hanya sepotong hati. Aku ikhlas Ra.”

Tanpa berkata apapun, Sarah memeluk Seyna dengan erat, juga sebaliknya dan air mata yang tak hentinya mengalir dari wajah kedua gadis yang bersahabat sejak 10 tahun lalu. 

“Aku sayang kamu, Na. Aku sayang kamu ! Aku nggak akan pernah bisa dapetin sahabat lain seperti kamu.” Ucap Sarah yang masih dalam rangkulan Seyna.

“Aku juga sayang kamu, Ra. Sayang banget sama kamu !”.



~ Untuk sahabat yang tak akan pernah ku gadaikan dengan apapun di dunia ini,
    Dan tak akan ku korbankan kesetiaannya demi cinta.