Rabu, 30 April 2014

~ Kau bohong !



“Aku mencintaimu”. 
 
“Aku benar-benar mencintaimu”.

Sudahkah kau menerima pernyataan hatiku ? Aku tak suka menunggu, jadi jangan membuatku menunggu terlalu lama. Jujur… aku tak mudah menyatakan cinta pada seorang wanita. Dan ini pertama kalinya. 

Kau ingat ? Aku pernah menuntun jemarimu pada suatu tempat. Sebuah taman berbentuk hati yang sudah ku persiapkan hanya untuk seorang wanita yang ku cintai. Bahkan ku udarakan ikrar hati tentang aku yang tak akan menunjukkan tempat itu pada siapapun. Hingga aku menunjuk seorang wanita untuk yang pertama kalinya melihat tempat itu. Seorang wanita yang ku percayai hatinya. Seorang wanita yang sudah berani menggoyahkan perasaanku. Seorang wanita yang selalu ada dalam fikiranku. Seorang wanita yang tak lain adalah kamu. Yang sekarang menjadi kekasihku.

Aku terpesona dengan tingkah lucumu. Aku tersihir dengan senyuman manis yang kau latarkan. Aku takjub dengan ketegaran dan kelembutan hatimu yang mengalahkan sutera.  Semuanya tentangmu berseri indah terlalu dalam di hatiku. Awalnya aku tak percaya dengan apa yang tengah aku rasakan. Siapa kau ? Berani sekali seorang wanita biasa menggetarkan perasaanku. Tangguh sekali seorang bebek menyihir dirinya jadi angsa di hadapanku. Hingga membuat pandanganku tak bergeming sedikitpun.

Seperti apa dan bagaimana jauhnya perbedaan antara aku dan kau, aku tak perduli ! Aku menginginkanmu, bukan berarti menuntutmu menjadi seperti apa yang ku inginkan. Aku memilihmu, bukan berarti memaksamu mencintaiku. Aku tau semuanya butuh waktu. Dan aku mencintaimu, karena hatiku memaksaku melihat hatimu.

Apa yang kau lakukan ? Pura-pura tak melihatku dan berlalu bersama seseorang yang tengah kau gandeng mesra. Bagaimana dengan hatiku ? Kau terima tanpa raut bahagia dan kau campakkan dengan senyuman manis. Kenapa aku tak pernah mendengarmu membalas perasaanku ? Malah ku dengar kau membalas perasaan seseorang yang bukan aku. Jika orang lain yang kau cintai, kenapa kau tersenyum saat aku menunjukkan sebentuk hati padamu ? Bahkan kau hilangkan sebuah benda yang pernah ku berikan dengan segenap hatiku padamu.

Aku percaya pada hatimu ! Aku mengerti kau butuh waktu untuk menerima hatiku ! Tapi tak begini caranya. Menerima hati yang lain, gurauan mesra yang tak pernah kau tunjukkan padaku, perhatian manis yang tak pernah ku dapatkan darimu. Semuanya perlahan menyakitiku. Aku memang seorang laki-laki, tapi bukan berarti aku selalu kuat saat melihat cintaku terkhianati. 
...  

seorang laki-laki yang kau hianati ketulusannya,
kau lumpuhkan penantiannya,
dan kau bunuh perasaannya.

Sabtu, 26 April 2014

Aku terlambat ( 3 ) :'D

  Cinta yang ku abaikan akhirnya membuatku terbuang percuma.

   Bertahan di atas puing-puing cinta yang telah rapuh, membuatku menangis. Hingga saat ini, aku belum bisa menerima kenyataan bahwa kamu sudah bahagia bersamanya "kekasih barumu". Aku terhipnotis dengan penyesalan yang tak kunjung reda. Aku selalu terlihat bodoh setiap menemukanmu sedang bersamanya. Menatapmu dari kejauhan, menikmati canda rayumu yang bukan lagi untukku. Hanya itu yang aku lakukan.

   Seandainya aku menunggumu, apakah kamu akan datang menemuiku ? Seandainya aku bilang bahwa aku mencintaimu, apakah kamu juga akan mencintaiku lagi ? Seandainya aku memintamu meninggalkannya dan kembali di sampingku, apakah kamu akan mengabulkannya ? Hanya seharusnya kamu menjadi milikku ! Hanya seharusnya kamu mencintaiku ! Hanya seharusnya tak secepat itu hatimu berpaling ! Setelah aku berhasil membuka hatiku untukmu. Dan berusaha menerima ketulusan cintamu.

    Sebenarnya, aku percaya dengan kesejatian cinta yang kamu tunjukkan padaku selama berbulan-bulan lamanya. Aku sudah tau tentang kesetiaan yang kamu jalani demi aku. Aku sangat yakin tentang satu wanita yang hanya akan mengisi ruang di hatimu. Hanya saja, saat itu hatiku dikuasai sihir bodoh yang membuatku berlaku jahat padamu. Aku terlalu lama menemukan pintu keluar untuk melihat keberadaanmu. 

    "Menunggu sesuatu yang tak akan pernah terjadi" Kalimat yang selalu kamu candakan padaku, sekarang menyerangku dengan sadis. Aku terdiam dengan waktu yang sudah aku sirnakan begitu saja. Aku terengah dengan penantian yang berusaha ku dapatkan jawabanmu kembali. Aku terperosok pada jurang yang dalam tanpa uluran tanganmu. Aku hampir terhipnotis nafsu yang akan memaksamu kembali mencintaiku. Hingga aku harus menangis, setiap kali teringat tentangmu.

    Kamu laki-laki terhebat yang pernah ku kenal. Kamu yang paling berani mengusik hatiku. Kamu yang pertama kali menggoyahkan kesadaranku. Awalnya kamu bukan siapa-siapa di hatiku. Kamu tak lebih dari seorang perebut hati yag tak bertanggung jawab. Andaikan aku bisa meminta satu hal padamu. Aku ingin tau, setelah kamu membuat singgasana cinta yang baru bersamanya, dimana kamu letakkan kedudukanku ? Adakah kemungkinan aku yang menjadi permaisurimu ? Ataukah hanya seorang dayang istana ?

   Aku hanya seperti parasit yang akan mnunda pertumbuhan cintamu bersamanya. Aku hanya seperti penonton bioskop yang hanya bisa menyaksikan pertunjukan romantis antara kamu dan dia. Memaksamu menjalani kisah segitiga bersamaku dan dia, hanya akan menjadikanku gadis terjahat ! Menghancurkan perasaanmu dan dia demi keegoanku, hanya akan melumpuhkan kesucian hatiku ! Aku tak akan pernah dan tak akan mungkin pernah melakukannya. Meskipun aku harus merelakan kebahagiaanmu bersamanya. Karena aku dan dia wanita yang sama-sama mencintaimu.

   Beruntungnya dia yang sudah memiliki hatimu. Dan beruntungnya kamu yang sudah melupakan semua perih yang selalu ku berikan. Ketika ku pertanyakan tentang aku dan kamu. Aku tau, kamu akan memilih setia dengan satu hati yang sudah pasti bukan aku. Aku sadar, aku sudah terlalu banyak menyakiti perasaanmu. Sudah terlalu banyak kebahagiaanmu yang ku gagalkan. Pergilah. Aku ingin berkutik dengan kebodohanku saja. Dan ku katakan kamu pantas bahagia bersamanya.



Kamu cinta yang gagal ku miliki,
dan ku mainkan sesuka hatiku.
:'B

Aku terlambat ( 2 ) :'D



   Apa bencana yang sudah melanda perasaanku ? Kenapa aku harus menggalau saat mendengar kamu telah menemukan hati yang baru ? Bahkan setiap kali kamu duduk di sampingnya, aku kesal ! setiap kali melihatmu berjalan bersamanya, aku panas ! setiap kali melihatmu bergurau mesra bersamanya, aku cemburu !

Padahal… dulu, aku cuek dan terlihat cool saat bersamamu. Tak ada perlakuanmu yang mampu mengusik perasaanku. Aku tak pernah menganggapmu sebagai kekasihku. Aku tak peduli sedikitpun tentangmu. Sekarang… aku seperti burung yang hanya bisa menyaksikanmu dengannya “kekasih barumu”. Aku seperti patung yang terus melihat layar handphone dan berharap pesan termanis darimu. Serpihan hati yang awalnya ingin ku cari bersamamu, harus ku sirnakan begitu saja. Keterlambatan hatiku yang ingin menerima perasaanmu, harus ku gagalkan. 

Aku berusaha tersenyum ! Aku berusaha bahagia ! Aku berusaha melontarkan canda manis “kekasih baru” padamu. Hingga sandiwara yang ku lakukan setiap kali bertemu denganmu, berbalik arah menyakitiku. Kesedihan yang selalu berusaha ku tepis, meledak dalam hatiku.

Dulu, begitu sempurnanya ketulusan hatimu untukku. Begitu sejatinya penantian cinta yang kamu jalani. Begitu sabarnya kamu menanti hatiku bicara. Begitu tegarnya kamu menuruti persyaratan bodoh dariku. Kamu rela mengorbankan waktumu hanya demi sebuah pesan yang tak pernah ku balas. Dan cinta yang tak pernah ku sambut.

Tak pernah hilang dalam ingatanku. Ketika segenggam jemarimu mendekap erat jemariku. Ketika bisikan manismu mengudara di telingaku. Ketika kamu marah setiap kali aku tak mendengarmu. Ketika tepukan lembutmu mendarat di bahuku, seakan kamu tak mengizinkan ketenangan menjauh dariku. Satu hal yang paling menghantam perasaanku. Aku hampir tak percaya saat melihat gubug matamu yang memerah dan basah kala aku terkulai lemah tak berdaya.

Aku salut dengan kesungguhanmu ! Aku bangga dengan kelembutanmu ! Aku menyesal tak bisa lebih dulu memiliki hatimu. Dan aku bodoh sudah membiarkan orang lain memilikimu.

Maafkan kebodohanku yang sudah membuang percuma ketulusanmu. Maafkan kejahatan hatiku yang sering meminta waktu terlalu lama menjawab perasaanmu. Aku baru mengerti sakit yang kamu rasakan, setelah rasa itu menggebu di hatiku. Aku baru menyadari ketulusanmu yang sebenarnya, setelah kepergianmu meninggalkan kenangan yang teramat dalam untukku, yang mungkin tak ku dapatkan dari orang lain.

Untuk kamu pemilik hati yang sudah ku tenggelamkan dalam penantian, 
ku jadikan mainan ketulusannya 
dan ku sampulkan kepalsuan harapannya.
 

Aku terlambat ( 1 ) :'D

Aku terlambat menyadari ketulusan hati seseorang yang telah pergi, ~ Kamu. 

   Ku akui, dulu aku hanya menganggapmu teman. Dan aku sayang kamu sebagai teman. Sedikitpun tak ada niatku meletakkan gumpalan rasa di hatimu. Saat kamu mengulurkan hatimu padaku, aku tak benar-benar menerimanya. Aku masih diambang kebingungan untuk meletakkanmu dalam palung hatiku.

  Aku mulai risih bersamamu. Perkenalan hati yang begitu singkat berakhir dengan pernyataan nyata darimu. Ya, kamu terlihat sangat bahagia dengan perasaan itu. Aku juga bahagia, tapi tak benar-benar bahagia. Mungkin karena aku tak merasakan hal yang sama denganmu, mungkin juga karena aku tak mau menganggapmu lebih dari teman.

  Aku cuek ! Aku mulai terlihat cool ! Bersikap seolah-olah aku mencintaimu, itulah caraku. Saat semua orang bertanya padaku tentang kamu, aku menjawab dengan penuh kepura-puraan. Kata-kata manismu, mengerikan ! perhatianmu, tak ku pedulikan ! senyumanmu, tak berhasil mengubah rasaku !

  Normal, awalnya. Dan jenuh setelah melihat tingkah bodohmu yang secara langsung menyanyikan syair cinta di hadapanku. Aku malu melihatnya ! Dan itu sangat membuatku kesal ! Sangat bodoh ! kamu selalu berusaha meyakinkan aku tentang cintamu. Tapi, aku ? Aku tak pernah bisa membalas rasamu.

  Dibanding kamu, aku lebih sering tertawa lepas bersama mereka (teman-teman lelaki ku). Kamu hanya merindukan aku yang tanpa kamu tau tingkahku di belakangmu.

  Dan aku menyadari semuanya, beberapa hari setelah kamu melontarkan kata putus. Rasanya ada yang hilang dari lembaran dearyku. Kamu yang selalu ku abaikan cintanya, ku lenyapkan begitu saja. Senyumanmu, syair cintamu, perhatianmu yang hanya ku anggap debu belaka. Semuanya telah sirna. Tak ada lagi kamu yang selalu memberiku support, tak ada lagi kamu yang menepuk pundakku saat aku sedih, tak ada lagi lelucon cantikmu di hadapanku. Dan kini aku hanya bisa menangis dalam diam, setelah mengetahui ketulusan cintamu yang teramat dalam untukku.

  Aku terlambat meraba perasaanku. Dan aku telah kehilangan kamu. Dan aku baru sadar penyesalan terdalam ketika tak melihat seseorang yang benar-benar tulus menyimpanku dalam hatinya.


~ Dari seseorang yang masih menyimpan semua kenangan tentangmu.

Sabtu, 19 April 2014

Diam yang bermakna :*

  ...
   Apa yang salah denganku ? pertemuanku denganmu begitu singkat, hingga membuat
tanganku dan tanganmu terungkai bersama. Wajahmu yang teduh, tingkahmu yang simpel,
biasa saja untukku. Ketika aku dan kamu menghabiskan waktu bersama, canda dan
tawamu menyelip diam-diam diantara pandanganku dan pandanganmu. Menggugah
rusuk-rusukku membentuk sebentuk hati yang tak terisi.

   Sesalku tertumpah pada sikapmu yang seperti anak kecil. Aku tak percaya kamu begitu
mudah terperdaya waktu yang hanya menyuratkan hal biasa. Namun kemudian kamu
jadikan alasan untuk perlahan menjauh dariku. Padahal aku sedang meminta waktu
mencari makna yang salah kamu pahami.

   Kamu dan aku yang awalnya mengisi barisan-barisan jalan. Sekarang, saling berlalu
tanpa sapa. Kembali pada tatapan masing-masing membuat aku mengerti setiap
getaran kala kita bersama. Bertaut dengan hati masing-masing memaksa aku
terbang dalam lamunan.

   Ada sesak yang mengubris palung hatiku, setiap kali kamu berlalu begitu saja di
hadapanku. Ada duri yang terasa menusukku, setiap kali tatapan matamu tak
tertuju padaku. Ada rindu yang mengalir, setiap kali aku menatapmu yang berada
cukup jauh dariku.

   Semuanya terasa berbeda dan tak wajar. Pada hatiku yang selalu terdiam, bibirku yang tak
pernah berucap, benakku yang enggan berfikir tentangmu. Tanpa sebab apapun,
bibirku menyimpulkan senyuman saat aku memikirkanmu, Jari-jariku begitu
semangat saat aku menggoreskan barisan kalimat tentangmu.

   Tanpa kusadari, aku terkena panah yang tak sengaja kamu pegaskan hingga tertancap
pada rongga-rongga hatiku, begitu dalam. Segenggam barisan kalimat memaksaku membeku
dalam balutan rasa yang sangat dalam.

   Oh Tuhan… Makhluk ciptaan-Mu itu telah menanam bunga-bunga rindu di ladang hatiku.
Apa yang harus aku perbuat ? Aku terperangkap pada takdir yang telah aku paksa untuk
membuatnya mengenalkanku dengan angan yang kau ciptakan. Dia membuatku gila !

   Mungkin iya, aku mengagumimu.

   Mungkin iya, aku terpesona olehmu.

   Mungkin iya, aku diam-diam mencintaimu.


Untukmu perebut hati yang tak bertanggung jawab.

A Letter for mom :*

Izinkan secarik kertas dan goresan tinta ini mewakili perasaanku untuk mama… 

    Dear, mama… 

    Apa kabar, mama ? Semoga Mama selalu dalam lindungan Tuhan dan baik-baik saja seperti aku disini. Seandainya mama tau, aku sangat merindukan mama. Aku ingin seharian dipeluk mama. Aku ingin mama yang menjaga tidurku. Aku ingin waktu begitu lambat saat aku bersama mama. 

    Mama…Hari itu tepat waktu mama dengan penuh perjuangan membuatku terlahir ke bumi ini. Aku hanya bersama ayah, keluarga ayah dan dia “ibu tiriku”. Ada segudang senyuman yang kurang di hari itu. Kenapa mama nggak dateng ? Padahal hari itu sangat bermakna dalam hidupku. Aku tak bisa membayangkan saat-saat kontraksi yang begitu hebat mengguncang rahim mama. Aku tak bisa membayangkan air mata yang sengaja mama tahan demi aku. Aku tak bisa membayangkan senyuman mama saat Tuhan memberiku kehidupan. 

    Mama tau ? Aku selalu menangis dalam senyumanku melihat diriku yang berdiri tanpa mama “ibu kandungku”. Kenapa aku tak tumbuh dari tangan mama saja ? Kenapa harus mereka “kakek dan nenek” yang seakan menjadi orang tuaku ? Aku rindu suara mama yang akan selalu bernyanyi saat aku akan terlelap. Aku rindu jemari mama yang akan mengusap air mata ku saat dunia memaksaku menangis. Aku rindu sentuhan lembut itu saat aku terjatuh. Aku rindu ocehan-ocehan bermakna seorang ibu. Aku rindu semuanya dari mama. 

   Mama…Aku iri ketika pandanganku tertuju pada seorang ibu yang sedang merangkul anaknya dengan penuh kasih. Ada petir yang menyambar relung perasaanku. Ada teriakan menggema yang menembus dinding hatiku. Kapan aku dipeluk bidadari seperti mama ? Kapan aku dapat kehangatan kasih mama ? Lihat aku, mama ! Aku sangat merindukanmu ! Aku terbayang saat ayah dengan tegasnya tak mengizinkanku bersama mama. Aku tak berdaya melawan permintaan ayah. Aku sayang ayah ! Aku juga cinta mama ! Seandainya sebentuk hati yang kalian genggam tak terpecah begitu saja. Seandainya takdir tak memaksa kalian berjalan ke arah yang salah.Mungkin semua mimpiku akan jadi kenyataan. Mungkin tak ada guratan kerinduan yang terlalu dalam menyakitiku. 

    Mama…di setiap do’a dalam sujudku, tak hentinya aku memohon pada Tuhan untuk selalu membuat mama bahagia. Meskipun mama tak pernah melihatku. Jauh di waktu sebelumnya, aku sering meminta pada Tuhan. Jika mungkin Tuhan menyatukan ayah dan mama kembali. Tapi aku sadar, mustahil menyatukan kembali dua serpihan hati yang telah terjalani masing-masing dan tumbuh menjadi hati yang baru seutuhnya.Adakah seorang makhluk yang membantuku menangis untuk bisa bertemu mama ?Adakah perasaan mama yang merindukan aku begitu dalam ? Aku membeku dalam dinginnya malam tanpa kehangatan mama. Aku berkutik dengan sesal yang terlahir tanpa keutuhan dua orang yang akan aku sebut “orang tua kandung”. Mama… Aku tak pernah menyesal telah terlahir dari rahim mama. Aku tak pernah menuntut mama melihat tangisanku. 

    Mama…Meskipun aku tak tumbuh dari tanganmu sendiri. Meskipun aku tersenyum tanpa belaian kasihmu. Mama tetap mamaku. Mama yang telah membuatku terlahir ke bumi ini. Aku rindu mama ! Aku sayang mama ! Aku cinta mama ! Aku percaya mama pasti juga menyayangiku. Namun, mungkin dengan cara mama yang tak ingin aku ketahui. 


Dari seorang anak yang selalu bersyukur telah terlahir dari rahim mu, 
yang selalu membencimu saat kau mengabaikannya begitu saja.

Rabu, 16 April 2014

Aku ingin dihargai sebagai manusia :'D



Dari seorang anak yang kalian perlakukan dengan kejam…

Adakah yang melihatku menangis ? Aku terlahir dari dua cinta yang sangat terhina dalam ajaran Tuhan. Yang kemudian membuatku terbuang begitu saja, seperti sampah ! Aku tumbuh tanpa mengenal sebutan orang tua dan tau tentang sebuah keluarga. Namun, aku selalu bangga dengan sosok seorang wanita yang telah melahirkanku dengan penuh perjuangan.

Aku yakin, tak ada seorangpun yang mampu bahagia dengan keadaan itu. Dan tak ada yang menginginkan keadaan itu. Entah apa dan kenapa alasan Tuhan mengizinkan aku tetap bernafas. Aku tidak tau. Aku hanya terfokus dengan ada dan tidaknya orang-orang yang akan menerimaku sebagai manusia, nantinya.

Menit-menit dalam hidupku tak pernah terlalui tanpa hinaan dan hujatan kalian “yang membenciku”. Aku terkejut ! saat melihat ribuan batu yang melaju dengan cepat ke arahku, hingga tak jarang seluruh tubuhku dipenuhi cairan-cairan merah segar. Bahkan aku terpana ketika kalian memberiku nama “anak haram”.

Siapa kalian ? Berani sekali memperlakukanku seperti itu. Seolah-olah aku virus yang akan menularkan kalian berbagai penyakit. Seolah-olah aku monster yang akan menghancurkan hidup kalian. Padahal aku sama dengan kalian. Aku juga makhluk Tuhan. Hanya saja, mungkin aku diproses dengan jalur yang berbeda. Tapi, aku hanya ingin hidup layaknya manusia. Tanpa diperlakukan seperti binatang buas ! Aku tak akan menuntut ucapan kalian. Karena aku tau Tuhan tak pernah mengakuiku sebagai itu “anak haram”.

Apa dosaku ? apa salahku pada kalian ? Aku juga terhina. Aku terbuang orang tuaku. Aku terjebak dalam kegelapan ! Jika kalian menuntutku. Aku juga tak tau dasar penuntutan kalian. Aku selalu tegar, seperti yang kalian lihat. Aku tak pernah jatuh, ketika kalian memaksaku terjatuh. Karena air mata dan kesedihanku tak akan bisa meredam kebencian kalian terhadapku. Aku sadar, aku tak pantas kalian sayangi ! Aku tak pantas kalian lihat ! Tapi tolong… hargai aku sebagai manusia.

Andai aku tau jalan hidupku akan begini, aku tak akan menjalaninya. Karena aku tak mau dan tak pernah mau melihat kalian begitu membenciku. Andai aku bisa bertanya dan menjawab satu hal. Bagaimana jika kalian berada di posisiku saat ini ? Dan jika itu aku, aku akan meminta kalian menjelaskan rencana Tuhan tentang hidup.

 

Untuk kalian pembenci makhluk tanpa dosa

Dan pemenggal hidup tanpa alasan.