Dan akhirnya tanpa Seyna sadari, Sarah datang
dan langsung duduk di samping sahabatnya itu. Ada suasana dan ekspresi yang tak
wajar dari sahabatnya itu.
“Na... kamu kenapa ?” Tanya Sarah saat
melihat ekspresi yang tak pernah ditemui dari sahabatnya itu.
“Galang,
Ra ! Galang !” Jawab Seyna dengan butiran embun yang perlahan jatuh.
“Galang kenapa ? Dia nyakitin kamu ? Bilang
sama aku Na !” Balas Sarah dengan nada yang tidak terima sahabatnya menangis
seperti itu. Tak ada respon dari Seyna. Hanya derai air matanya yang semakin
deras. Sarah berusaha menenangkan sahabatnya itu.
“Jangan kayak gini dong Na. Cerita sama aku
apa yang sebenarnya terjadi ?”
“Galang nggak pernah cinta sama aku Ra.” Ucap
Seyna terisak.
“Apa ? itu nggak mungkin Na. Kamu pasti lagi
kebawa cemburu, makanya kamu bilang gitu.”
“Enggak Ra. Itu kenyataannya. Aku udah salah
mengerti arti dari setiap pandangan dan senyumannya. Aku terlalu yakin pada
diriku sendiri bahwa dia mencintaiku.”
“Udaah Na. Jangan kayak gini dong. Aku nggak
bisa liat kamu kayak gini.”
Sarah mengulurkan jemarinya untuk menghapus
butiran embun di wajah Seyna dan merangkul sahabatnya dengan penuh perasaan.
Tanpa sadar, dia meneteskan air mata melihat tangisan Seyna, sahabat
satu-satunya yang paling ia sayangi. Seyna melepaskan rangkulan itu dan
berusaha tersenyum dihadapan Sarah.
“Tapi aku bahagia, karena Galang sudah
mencintai seseorang yang tepat. Meskipun itu bukan aku.”
“Maksud kamu apa, Na ?”
“Galang mencintai seseorang yang sangat
cantik kepribadiannya. Gadis itu orang yang pertama kali membuat hatinya merasa
sejuk. Dia pintar, ramah, taat beribadah dan sangat anggun dibalik jilbabnya.
Gadis itu sekelas dengannya, dengan kita juga.”
Kemudian, Seyna berbalik menatap wajah
sahabatnya lekat-lekat dan menggenggam jemari Sarah.
“Gadis yang berhasil merebut hati Galang dan
membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama, sekarang ada di hadapanku.”
“A..apa maksud kamu, Na ?” Tanya Sarah,
mencari kepastian ucapan Seyna.
“Iyaa. Gadis itu bernama Sarah Altafakiya.
Dia satu-satunya sahabat terbaik dalam hidupku.”
Mata Sarah berkaca-kaca dan seolah tak
percaya dengan apa yang baru saja didengar dari sahabatnya itu. Itu tidak mungkin. Jika gadis itu, aku. Lalu
bagaimana dengan perasaan sahabatku ? Sebenarnya aku juga mencintainya. Tapi aku
tidak mungkin menggadaikan perasaan sahabatku. Sarah bertanya-tanya dalam
hatinya dan memberontak dengan perasaannya yang ternyata searah dengan Galang
dan menjadi rumit dengan Seyna, sahabatnya.
“Aku tau. Sebenarnya kamu juga suka kan sama
Galang ? Hanya saja aku mengerti dan paham tentang semuanya sejak perasaanku
semakin kuat untuk Galang. Aku baru sadar, cinta tak akan indah dalam sebuah
paksaan hati. Aku minta maaf, Ra. Aku udah menghalangi jembatan cinta kamu sama
Galang.”
“Enggak, Na. Aku nggak mungkin berani
mencintai seseorang yang sangat dicintai sahabatku. Aku sayang banget sama
kamu, Na. Aku nggak mungkin dan nggak akan pernah mungkin jatuh hati di tempat
yang sama dengan sahabatku.”
“Dengerin aku baik-baik, Ra. Aku akan sangat
merasa bersalah kalau sampai kamu bohongi perasaan kamu sendiri, hanya demi
perasaanku. Galang mencintai kamu. Kamu juga mencintai Galang. Aku yang
memutuskan untuk mencintai Galang. Dan aku juga yang akan memutuskan untuk
melepaskan Galang. Aku akan lebih bahagia kalau Galang sama kamu, daripada
dengan orang lain. Buat aku, persahabatan kita lebih berharga daripada apapun
di dunia ini. Termasuk cinta yang aku rasakan, tapi hanya sepotong hati. Aku
ikhlas Ra.”
Tanpa berkata apapun, Sarah memeluk Seyna
dengan erat, juga sebaliknya dan air mata yang tak hentinya mengalir dari wajah
kedua gadis yang bersahabat sejak 10 tahun lalu.
“Aku sayang kamu, Na. Aku sayang kamu ! Aku
nggak akan pernah bisa dapetin sahabat lain seperti kamu.” Ucap Sarah yang
masih dalam rangkulan Seyna.
“Aku juga sayang kamu, Ra. Sayang banget sama
kamu !”.
~ Untuk sahabat yang tak akan pernah ku gadaikan dengan apapun di dunia ini,
Dan tak akan ku korbankan kesetiaannya demi cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar