#Perlahan,
waktu ku terasa hambar tanpa merindukan sosokmu
Menit yang menyatu kembali
dengan semua ingatan tentangmu. Aku masih saja seperti ini. Terdiam di pangkuan
rerumputan yang pernah menjadi saksi pertemuan “kita”. Aku sudah seperti tak
waras, tersenyum sendiri saat mataku menerawang sosokmu yang seolah-olah sedang
merajuk manja di hadapanku.
Mungkin kamu tidak akan pernah
tau bagaimana sebenarnya cerita sebentuk hati yang ku miliki. Karena memang
kamu tidak pernah ingin tau. Kamu hanya selalu menutup mata setiap kali aku
melihatmu. Selalu menyumpal telinga saat aku mulai bercerita tentang “cinta”. Saat aku dengan sepenuh hati mengatakan “aku
sayang kamu” malah kamu tanggapi tak berhati. Apalagi kamu memang orang
yang tidak pernah perduli dengan perasaan orang lain. Kamu hanya kamu, tidak
pernah ada aku dan “kita”.
Hari ini, aku bukan ingin
berdebat masalah “cinta”. Aku akan
memberitaumu tentang pecahan rasa yang tidak pernah ingin kamu mengerti. Dan
tulisan-tulisan aneh yang selalu saja terselip tentangmu.
Aku gadis aneh, bukan ?
melupakanmu saja putus asa. Sebenarnya, bukan karena kamu lelaki pertama yang
mengajariku getaran rasa. Tapi karena kamu berhasil membuatku menjadi orang
lain setiap kali di sampingmu. Kamu berhasil membuatku menjadi sosok yang
berbeda. Untuk pertama kalinya aku punya ketulusan, kekuatan, serta kebahagiaan
yang bisa menyamarkan kesedihan. Aku berhasil memilikinya saat aku bersamamu.
Jangankan siluet tubuhmu yang
masih bisa ku kenali tanpa cahaya, aroma parfum mu yang khas pun masih
tersimpan rapi di penciumanku. Pujian manja yang kamu gunakan masih berlalu
lalang di lintasan memoriku. Dan cara bicaramu yang lucu masih belum terkikis
di pendengaranku. Hhh... menjadi beban
saja untuk membuat cerita baru.
Aku tidak mengerti dengan
konsep hati yang begitu peka terhadapmu. Aku selalu risih setiap kali bertemu dan
mendengar “nama” yang sama dengan sepotong namamu. Rasanya, itu seperti kamu yang menggagalkan kepergianmu
dan kembali menjadi sosok yang lain. Bukankah itu gila ? nama ya nama orang, ko
aku yang panas ?
Saat
ini, di tengah kesibukanku belajar untuk tes minggu depan, aku merindukanmu.
Kemarin sore, saat aku sedang
mengunjungi rumah teman baikku. Aku memperhatikan dua orang anak kecil yang
sedang bermain perahu kertas di sebuah kolam. Mungkin kamu berfikir biasa-biasa
saja dan berkomentar “Ah, itu mah biasa permainan anak kecil.” Tapi tidak
untukku. Justru itu seperti kembali pada musim hujan di hari senin enam tahun
lalu. Saat pulang lomba dari kabupaten, tiba-tiba saja hujan menyapa. Aku, kamu
dan pak guru berteduh di sebuah sekolah. Mungkin karena kamu begitu tertarik
melihat kolam kecil di depan bangunan itu atau mungkin dengan kecantikan hujan
menit itu, akhirnya kamu merangkai dua buah perahu kertas yang kamu berikan
satu untukku. Kemudian, kamu mengajakku melayarkannya di kolam itu. Kamu mulai
tertawa lucu dan berceloteh dengan serunya sambil mengejekku dengan sedikit
rayuan.
Ah iya, aku hampir keceplosan
mengumbar semuanya. Mana mungkin kamu ingat dengan hari itu, iyakan ? kamu
pasti sudah mengupas habis kulit-kulit ingatan masa lalu. Tentu saja, hanya
gadis bodoh sepertiku yang memiliki ingatan abadi dan detail cerita itu.
Meskipun
aku yakin, kamu pasti sudah lupa dengan barisan lirik yang tertumpah dalam
kenangan. Semoga tidak pernah ada sebutan “karma” untukmu, yang akan begitu
dalam merindukan seseorang yang telah pergi, sepertiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar