Sabtu, 17 Januari 2015

:'( *



A broken vow


Katakan padaku, jalan terbaik yang harus ku tempuh saat perasaanku terkhianati.

Balkon kenangan yang selalu mengingatkanku pada waktu itu, saat hatiku masih milikmu. Masih jelas di benakku, ikrar hati yang kamu alunkan di tempat itu berhasil menggetarkan seluruh rasaku. Lalu, entah bagaimana bunga-bunga musim gugur bak gerimis di senja itu datang sebagai saksi dari ikrar yang kamu nyatakan. Sunyi nan indahnya awal kisah “kita”. Tak hentinya senyumanku terlatar setiap pandangan “kita” bertemu.

Hari-hari selanjutnya…

Ada sebait hal yang sebelumnya tak pernah ku temui darimu, hadir begitu saja dan menyihir segalanya. Tak butuh waktu lama, semuanya berubah.

Katakan padaku, siapa sebenarnya gadis itu ? aku ingin mengenalnya. Aku ingin tau bagaimana caranya melihatmu, hingga dalam sekejap kamu tak lagi di sampingku. Dimana kamu ? saat aku begitu sibuknya memahami apa yang sedang terjadi. Saat aku berusaha mencari tau problema yang mengubah “kita” menjadi “aku” dan “kamu”.

Beri aku penjelasan ! siapa yang telah menghancurkan kepercayaanku selama ini ?! siapa yang setega itu menjauh saat aku terbenam dalam kesendirian ?! mana kebahagiaan yang selalu kamu janjikan menjadi milikku ?! apa mungkin itu hanya suara belaka ? lalu, kurang apa kesetiaanku untuk sebentuk hati yang kamu miliki ?! 

Beritau aku senyuman yang tak bisa ku latarkan bersamamu.

Tunjukkan aku air mata yang tak pernah kamu tumpahkan bersamaku.

Aku ingin tau, sejauh mana kamu peduli tentangku. Seperti aku yang setiap kali aku ingin membiarkanmu pergi, yang setiap kali aku ingin melepaskan semuanya tentangmu, tak hentinya aku bertanya “kenapa ?” 

Sejenak ku pejamkan mataku dan terbang di dunia mimpi. Mimpi itu, tentangku dan tentangmu. Tentang sebentuk hati yang terkhianati. Dan kemudian aku tersadar, ada banyak hal dalam hidup yang belum bisa ku mengerti, selain kepedihan dan dusta.

Meskipun dalam waktu yang lama bahkan mungkin hingga mataku tertutup, tentang “kita” akan selalu ku kenang. Juga, untuk terakhir kalinya akan ku korbankan segenap jiwaku, demi memandang wajahmu sekali lagi. Aku terus mencoba mengatakan tak akan membiarkan janji ini berakhir.  Tapi… bagaimanapun, kita sudah menemukan cara untuk menjaga hal lain lebih dari sekedar janji yang terkhianati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar