A broken vow
Katakan padaku, jalan terbaik yang harus ku tempuh saat perasaanku
terkhianati.
Balkon
kenangan yang selalu mengingatkanku pada waktu itu, saat hatiku masih milikmu.
Masih jelas di benakku, ikrar hati yang kamu alunkan di tempat itu berhasil
menggetarkan seluruh rasaku. Lalu, entah bagaimana bunga-bunga musim gugur bak
gerimis di senja itu datang sebagai saksi dari ikrar yang kamu nyatakan. Sunyi
nan indahnya awal kisah “kita”. Tak hentinya senyumanku terlatar setiap
pandangan “kita” bertemu.
Hari-hari
selanjutnya…
Ada sebait
hal yang sebelumnya tak pernah ku temui darimu, hadir begitu saja dan menyihir
segalanya. Tak butuh waktu lama, semuanya berubah.
Katakan
padaku, siapa sebenarnya gadis itu ? aku ingin mengenalnya. Aku ingin tau
bagaimana caranya melihatmu, hingga dalam sekejap kamu tak lagi di sampingku. Dimana
kamu ? saat aku begitu sibuknya memahami apa yang sedang terjadi. Saat aku
berusaha mencari tau problema yang mengubah “kita” menjadi “aku” dan “kamu”.
Beri aku penjelasan
! siapa yang telah menghancurkan kepercayaanku selama ini ?! siapa yang setega
itu menjauh saat aku terbenam dalam kesendirian ?! mana kebahagiaan yang selalu
kamu janjikan menjadi milikku ?! apa mungkin itu hanya suara belaka ? lalu, kurang
apa kesetiaanku untuk sebentuk hati yang kamu miliki ?!
Beritau aku senyuman yang tak bisa ku latarkan bersamamu.
Tunjukkan aku air mata yang tak pernah kamu tumpahkan bersamaku.
Aku ingin
tau, sejauh mana kamu peduli tentangku. Seperti aku yang setiap kali aku ingin
membiarkanmu pergi, yang setiap kali aku ingin melepaskan semuanya tentangmu,
tak hentinya aku bertanya “kenapa ?”
Sejenak ku
pejamkan mataku dan terbang di dunia mimpi. Mimpi itu, tentangku dan tentangmu.
Tentang sebentuk hati yang terkhianati. Dan kemudian aku tersadar, ada banyak
hal dalam hidup yang belum bisa ku mengerti, selain kepedihan dan dusta.
Meskipun
dalam waktu yang lama bahkan mungkin hingga mataku tertutup, tentang “kita”
akan selalu ku kenang. Juga, untuk terakhir kalinya akan ku korbankan segenap
jiwaku, demi memandang wajahmu sekali lagi. Aku terus mencoba mengatakan tak
akan membiarkan janji ini berakhir.
Tapi… bagaimanapun, kita sudah menemukan cara untuk menjaga hal lain lebih
dari sekedar janji yang terkhianati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar