Sabtu, 17 Januari 2015

:'(



 Just dreaming of you


Dear, a man…
Hujan pertama tahun itu mengajariku senyuman bersamamu. Perahu kertas yang kamu buat satu untukku dan satunya lagi untukmu, berlayar bersama dalam satu garis lurus. Tadinya aku fikir itu garis takdir, tapi nyatanya tidak lebih dari sebuah garis.

Saluran ingatanku tidak pernah bisa melupakan “kita” di antara aku dan kamu. Masih jelas terasa kehangatan genggaman jemarimu waktu itu. Jemariku, jemarimu berpaut dalam naungan gerimis tanpa penjelasan. Pendaratan lenganku di belakang bahumu yang terus saja membuatku heran dengan keberanianku melakukannya.

Rasa itu. Aku terus saja mengusirnya dari memori hidupku. Dengan keras aku melarangnya kembali. Berjalan pada memori baru dan menghempaskan kenangan. Aku sudah melakukannya. Tapi… bagaimana bisa rasa itu terhenti jika kamu selalu saja muncul di hadapanku ?! menyumbat kedua telingaku saat hampir mendengar candaanmu di seberang sana, menutup kedua mataku saat tidak sengaja bertemu denganmu, menutup hidungku saat aroma khasmu hampir tercium olehku. Haruskah aku melakukannya ?

Dear, a man…
Aku tengah terbenam dalam kebingungan akan konsep hati yang berakar terlalu dalam. Sampai-sampai dimanapun kamu berada, tidak pernah sekalipun pandanganku tidak melihatmu. Dan telingaku yang terlalu peka dengan suaramu. Seakan-akan aku tengah berada di dunia magic yang semuanya terjadi dengan kekuatan sihir.

Berpura-pura tidak mengenalmu, itu sangat menyakitkan. Menahan senyumanku setiap kali bertemu denganmu, itu seperti tangisan. Menghentikan getaran halus pertemuanku denganmu yang tanpa sengaja, itu lebih persis seperti ledakan. Aku sudah seperti orang aneh mencari alasan hati yang dengan mudahnya mencintaimu tapi begitu sulitnya melupakanmu.

“Gadis tak tau malu” 

Haruskah sebutan itu yang akan aku terima ? tidak mungkin aku dengan beraninya terus mencintaimu sementara di saat yang sama kamu mencintai orang lain. Aku yang dengan semangatnya berlari ke arahmu, dan di saat yang sama kamu berlari ke arah orang lain. Bagaimana bisa cerita itu terjadi ? menurutku itu hanya akan terjadi di film-film. Teramat dalam keinginanku menjadi “gadis terhormat” yang sejatinya mencintai seorang laki-laki yang juga mencintainya. Tanpa harus mengetuk kenyataan pada “cinta satu hati”.

Dear, a man…
Caraku meyakinkan diriku untuk melumpuhkan semuanya selalu saja gagal. Mustahil untukku mengatakan “cinta pertama” alasannya. Hingga segila ini belum bisa melupakannya. Perjalananku melupakanmu mungkin akan sedikit berhasil jika saja tidak ada ingatan itu yang tiba-tiba muncul. Tidak perlu orang lain yang membuatku kembali mengingatmu. Sosok wanita paruh baya yang teramat ku cintai bahkan menanyakanmu. Aku masih tidak mengerti alasannya tau dan memberitahuku tentang keluargamu.

seorang gadis yang terbenam perasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar