Sabtu, 17 Januari 2015

:(



 Untuk Ayah :'(

 

Untuk seorang ayah yang tidak bisa ku terjemahkan sikapnya

Dear, ayah….
Apa yang sebenarnya terjadi ? kenapa rasanya begitu sulit berada di samping ayah ? sesak dalam untaian langkah yang teriring bersama ayah. Takut setiap kali bertatapan dan berbicara dengan ayah. 

Dear, ayah…
Akhir-akhir ini banyak sekali ketidakpastian yang aku temukan pada sikap ayah. Aku selalu berfikir tentang hari itu, saat sebuah pilihan yang aku tuju ternyata justru membuat ayah menjauhiku. Selalu jelas terlintas kata-kata ayah yang mengataiku “bodoh”. Aku masih belum mengerti dengan apa yang sudah aku lakukan hingga membuat ayah begitu marah padaku. Aku minta maaf, ayah. 

Dear, ayah…
Lihat aku ayah ! betapa menyedihkannya hari-hariku dengan ketidakpastian sikap ayah. Aku selalu ingat, ayah selalu menjadikanku satu-satunya putri kecil ayah. Dengan sepenuh hati ayah mengabulkan permintaanku. Ayah rela melakukan apa saja untukku, meskipun itu dalam istana malam yang begitu dingin. Bahkan tanpa beban sedikitpun ayah rela mendampingi dan menjagaku saat aku berada di negeri orang.

Tapi…
Apa yang salah dengan hari itu ? saat aku butuh bantuan ayah, tidak sedikitpun ayah menatapku. Justru ayah berbalik menyalahkanku. Itu sangat menyedihkan, ayah. Bagaimana mungkin aku akan meminta bantuan pada orang lain, sementara ayah sendiri tidak pernah mau membantuku ?!

Dear, ayah…
Putri kecil ayah selalu bersedih setiap kali tidak menemukan senyuman ayah. Bagaimana bisa ayah melakukan ini padaku ? meninggalkanku di sudut ruangan yang begitu gelap. Merapuhkan ketegaran yang selalu berusaha ku jaga. Benar-benar seperti ayah tidak lagi melihatku ! seperti ayah tidak perduli lagi denganku !

Taukah ayah ?

Hari tersulit dalam hidupku adalah ketika ayah melambaikan tangan saat akan pergi mengemban sebuah tugas. Sangat ingin aku menangis di depan ayah dan mengatakan “jangan pergi”. Tapi aku tidak ingin terlihat lemah di depan ayah. Aku ingin ayah hanya akan melihatku sebagai gadis yang tegar tanpa problema yang tidak bisa ku selesa keciikan.

Dear, ayah…
Katakan bahwa ayah selalu menyayangiku. Berjanjilah untuk kembali seperti waktu ayah selalu bermain bersamaku. Permainan melodi yang dulu selalu ayah mainkan bersamaku, aku ingin mendengarnya lagi !. Panorama yang dulu selalu ayah perlihatkan padaku, aku ingin melihatnya !.

Dari putri kecil ayah,
yang selalu merindukan ayah.
Dan selalu terhempas pada ketidakpastian sikap ayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar