Hingga Salju pertama :*
Aku disini masih
menunggumu, dan selalu menunggumu…
Aku terbayang waktu
itu, saat kamu memintaku menunggumu. Seraya kau kaitkan jari “kelingkingmu” dan
jari “kelingkingku”. Kamu bilang tak akan lama. Hanya 7 malam.
Ucapan tinggallah butiran
debu yang siap terhempas. Cukup lama aku bertahan menunggumu. Hingga membuatku
kehilangan asa hidupku. Aku tak sadarkan diri, saat sosok berjubah putih itu
memvonis waktuku untuk bernafas.
Mulai saat itu, aku tak
bisa lagi tau bagaimana caranya tertawa, aku tak lagi tau bagaimana caranya
menangis. Dan lebih menyiksaku, aku tak tau bagaimana caranya melihatmu untuk
yang terakhir kalinya, mungkin.
Tahun-tahun dalam
hidupku berlalu…
Aku terpaku dalam
gelapnya malam tanpa lentera. Aku terhipnotis langkah yang membawaku tanpa
tujuan. Ada sosok yang hilang dalam hidupku, itu “Kamu”. Aku selalu bermimpi
menikmati salju pertama bersamamu.
Kamu ingat itu ? Ketika
aku memetik “dandelion” dan ku bilang “Jika
kamu meniupnya, maka harapanmu akan terwujud”. Persis seperti waktu itu,
aku melakukan hal yang sama. Namun hanya sendiri, tanpa ada kamu yang tersenyum
di sampingku.
Aku rasa, salju pertama
tak akan membuatmu benar-benar ada di sampingku. Aku bingung ! Aku tak tau
bagaimana aku bisa menceritakanmu banyak hal yang telah berubah dalam hidupku.
Aku khawatir, tak ada kenangan yang bisa membuatmu mengenangku saat nafasku
akhirnya terhenti.
Salju pertama datang…
Aku menikmatinya. Dan
duduk bersandar di atas balkon kenangan “kita” berselimut shall dan jaket musim
salju yang ku beli bersamamu, dulu. Aku meraih butiran-butiran salju yang
berjatuhan di hadapanku. Nafasku semakin sesak.
Sekejap ku pandangi
sosok yang berjalan ke arahku. Tersenyum dan meraih tanganku dengan erat.
Sesaat, aku sudah berada dalam rangkulanmu. Aku tak percaya Tuhan mengabulkan
permintaanku, mungkin yang terakhir. Butiran air mata haru, mengalir lembut di
wajahku. Ku pandangi wajah itu yang begitu teduh, aku tersenyum. Dan akhirnya,
semuanya berubah menjadi gelap.
Terimakasih Tuhan… Aku
bahagia.
Aku menunggumu di
keabadian. Aku berharap di kehidupan yang baru nanti, Tuhan menyatukan kita
kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar