Sabtu, 12 April 2014

Hingga Salju pertama :*



Aku disini masih menunggumu, dan selalu menunggumu…

Aku terbayang waktu itu, saat kamu memintaku menunggumu. Seraya kau kaitkan jari “kelingkingmu” dan jari “kelingkingku”. Kamu bilang tak akan lama. Hanya 7 malam.

Ucapan tinggallah butiran debu yang siap terhempas. Cukup lama aku bertahan menunggumu. Hingga membuatku kehilangan asa hidupku. Aku tak sadarkan diri, saat sosok berjubah putih itu memvonis waktuku untuk bernafas.

Mulai saat itu, aku tak bisa lagi tau bagaimana caranya tertawa, aku tak lagi tau bagaimana caranya menangis. Dan lebih menyiksaku, aku tak tau bagaimana caranya melihatmu untuk yang terakhir kalinya, mungkin.

Tahun-tahun dalam hidupku berlalu…

Aku terpaku dalam gelapnya malam tanpa lentera. Aku terhipnotis langkah yang membawaku tanpa tujuan. Ada sosok yang hilang dalam hidupku, itu “Kamu”. Aku selalu bermimpi menikmati salju pertama bersamamu.

Kamu ingat itu ? Ketika aku memetik “dandelion” dan ku bilang “Jika kamu meniupnya, maka harapanmu akan terwujud”. Persis seperti waktu itu, aku melakukan hal yang sama. Namun hanya sendiri, tanpa ada kamu yang tersenyum di sampingku.

Aku rasa, salju pertama tak akan membuatmu benar-benar ada di sampingku. Aku bingung ! Aku tak tau bagaimana aku bisa menceritakanmu banyak hal yang telah berubah dalam hidupku. Aku khawatir, tak ada kenangan yang bisa membuatmu mengenangku saat nafasku akhirnya terhenti.

Salju pertama datang…

Aku menikmatinya. Dan duduk bersandar di atas balkon kenangan “kita” berselimut shall dan jaket musim salju yang ku beli bersamamu, dulu. Aku meraih butiran-butiran salju yang berjatuhan di hadapanku. Nafasku semakin sesak.

Sekejap ku pandangi sosok yang berjalan ke arahku. Tersenyum dan meraih tanganku dengan erat. Sesaat, aku sudah berada dalam rangkulanmu. Aku tak percaya Tuhan mengabulkan permintaanku, mungkin yang terakhir. Butiran air mata haru, mengalir lembut di wajahku. Ku pandangi wajah itu yang begitu teduh, aku tersenyum. Dan akhirnya, semuanya berubah menjadi gelap.

Terimakasih Tuhan… Aku bahagia.

Aku menunggumu di keabadian. Aku berharap di kehidupan yang baru nanti, Tuhan menyatukan kita kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar