** Lagu itu... Untuk kamu !
Untuk kamu, yang
memaksaku terus berharap…
Awal perjumpaan
ku denganmu, dua ribu dua belas silam meletakkan bibit rindu di hatiku. Entah
apa yang tengah menguasaiku, senyumanmu? Atau cahaya di balik wajahmu?
Entahlah…
Kebahagiaan
memburu saat aku memperhatikan wajahmu yang sedang menggoreskan pena di atas
kertas, tepat di sampingku. Sejak saat itu, aku mulai menatapmu diam-diam.
Kembali Tuhan menyembunyikan maksud-Nya, dari siapa dan bagaimana kita sering
bertukar kabar lewat elektronik genggam. Dan yang paling ku sesalkan, kenapa
hatiku terbuka begitu saja untukmu ? Aku bingung, aku tersihir sejenak.
Benarkah yang ku rasakan itu cinta ? atau hanya terpesona sesaat ? atau mungkin
hanya sebatas mengagumimu ? Setidaknya sebelum aku benar-benar mengerti tentang
hal itu, aku tetap akan menatapmu dalam diam.
Sedikit sapamu
selalu ku hargai, senyuman simpul yang terlatar di wajahmu selalu ku simpan,
aku selalu bertahan dengan diammu yang tanpa kepastian. Desember, di musim hujan
tahun itu, selalu terngiang di hatiku. Tepat hari ulang tahunku dan kali
pertamanya kamu memberikan ucapan termanis untukku. Kata-kata yang simpel tapi
bermakna. Dan itu, hari yang paling indah yang berhasil membuat ku menjadi
gadis syurga yang paling bahagia. Saat itu, ingin ku ceritakan pada samudera
nan biru bahwa aku ingin berlabuh bersamamu, bahwa kamu telah berada dekat di
rangkulan ku. Kedekatan yang begitu hangat dan kebersamaan yang lebih dari sebatas
teman ataupun persahabatan.
Sekarang, tak lagi
begitu. Aku sadar, waktu tak selamanya
tersenyum.
“Kamu pernah
jatuh cinta nggak ? Atau kamu pernah jalani cinta sebelumnya ?” Ucapnya dingin.
“Sebelumnya
enggak pernah. Dan iya untuk saat ini.” Jawabku.
“Ciiee… sama
siapa ? Apa aku tau orang itu ?” Tanyanya tanpa rasa yang sama denganku.
“Sama…”. Tak bisa ungkapkan.
“ kamu! Aku
merasakan getaran cinta yang pertama kalinya sama kamu.” Sambungku dalam hati.
Selalu ku ingat
jelas percakapan itu, berhasil merasuk tulang-tulang rusuk ku dan sejenak menghancurkan
asa dalam hatiku. Tak adakah sedikit kamu mengerti tentang sorot mataku ?
Benarkah kamu tidak merasakan apa yang aku rasakan ? Tapi, mungkin… semuanya
butuh waktu, termasuk hatimu. Aku akan menantimu membisikkan kata termanis, dan
akan setia menanti balasan hatimu untukku. Meskipun itu menghitung bintang dan
butiran embun di pagi buta.
Tapi, ku rasa
percuma. Putaran waktu hanya membuatmu semakin menjauh dari sampingku. Semakin
jauh dan tanpa alasan yang tak mampu ku
mengerti. Mei, dua ribu tiga belas, tak ada lagi sapa dan kabar diantara kita.
Aku hanya bisa melihatmu merangkai kalimat di facebook. Sungguh, itu membuatku
menangis. Bulan-bulan dalam tahun dua ribu tiga belas, seakan menusukku secara
perlahan. Apalagi saat aku melihatmu berlalu begitu saja di hadapanku bersama
seorang gadis yang tengah kau genggam jemarinya. Kenyataan yang begitu pahit,
melihatmu tapi tak bisa ku sentuh sedikit sosokmu. Sekarang, melihatmu adalah
air mataku.
Katakan padaku,
bagaimana aku harus bertahan ? Sulit untukku melarikan diri dari rindu yang
terus memburu. Tak bisa ku tepis perasaan yang semakin kuat untukmu. Bukan main
penantian yang begitu lama hanya untuk menantimu bicara. Tak lepas dari semua
tentangmu, hanya diam dalam lamunan yang menyelimuti hari-hariku.
“Selayaknya
engkau tau betapa ku mencintaimu, kau perankanku dari mimpi buruk ku. Betapa
hancur hatiku melihat engkau bersamanya, namun ku mencoba tuk tegar
menghadapinya”
Potongan lagu
“usai sudah” dari kangen band, menemaniku dalam setiap waktu. Itu perasaanku
saat ini ! untuk kamu ! yang begitu tega menyisakan perih di hatiku. Setiap
rangkaian lirik lagu itu, begitu dalam memaknai perjalanan hatiku selama
menantimu bicara. Aku wanita ! si pemilik hati yang teramat lembut. Andaikan
kamu adalah aku, maka kamu tidak akan hanya diam menyaksikan cintamu yang tak
terbalaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar