Kamis, 03 April 2014

** Lagu itu... Untuk kamu !



Untuk kamu, yang memaksaku terus berharap…

Awal perjumpaan ku denganmu, dua ribu dua belas silam meletakkan bibit rindu di hatiku. Entah apa yang tengah menguasaiku, senyumanmu? Atau cahaya di balik wajahmu? Entahlah…

Kebahagiaan memburu saat aku memperhatikan wajahmu yang sedang menggoreskan pena di atas kertas, tepat di sampingku. Sejak saat itu, aku mulai menatapmu diam-diam. Kembali Tuhan menyembunyikan maksud-Nya, dari siapa dan bagaimana kita sering bertukar kabar lewat elektronik genggam. Dan yang paling ku sesalkan, kenapa hatiku terbuka begitu saja untukmu ? Aku bingung, aku tersihir sejenak. Benarkah yang ku rasakan itu cinta ? atau hanya terpesona sesaat ? atau mungkin hanya sebatas mengagumimu ? Setidaknya sebelum aku benar-benar mengerti tentang hal itu, aku tetap akan menatapmu dalam diam.

Sedikit sapamu selalu ku hargai, senyuman simpul yang terlatar di wajahmu selalu ku simpan, aku selalu bertahan dengan diammu yang tanpa kepastian. Desember, di musim hujan tahun itu, selalu terngiang di hatiku. Tepat hari ulang tahunku dan kali pertamanya kamu memberikan ucapan termanis untukku. Kata-kata yang simpel tapi bermakna. Dan itu, hari yang paling indah yang berhasil membuat ku menjadi gadis syurga yang paling bahagia. Saat itu, ingin ku ceritakan pada samudera nan biru bahwa aku ingin berlabuh bersamamu, bahwa kamu telah berada dekat di rangkulan ku. Kedekatan yang begitu hangat dan kebersamaan yang lebih dari sebatas teman ataupun persahabatan.

Sekarang, tak lagi begitu. Aku sadar, waktu tak selamanya  tersenyum.

“Kamu pernah jatuh cinta nggak ? Atau kamu pernah jalani cinta sebelumnya ?” Ucapnya dingin.

“Sebelumnya enggak pernah. Dan iya untuk saat ini.” Jawabku.

“Ciiee… sama siapa ? Apa aku tau orang itu ?” Tanyanya tanpa rasa yang sama denganku.

 “Sama…”. Tak bisa ungkapkan.

“ kamu! Aku merasakan getaran cinta yang pertama kalinya sama kamu.” Sambungku dalam hati.

Selalu ku ingat jelas percakapan itu, berhasil merasuk tulang-tulang rusuk ku dan sejenak menghancurkan asa dalam hatiku. Tak adakah sedikit kamu mengerti tentang sorot mataku ? Benarkah kamu tidak merasakan apa yang aku rasakan ? Tapi, mungkin… semuanya butuh waktu, termasuk hatimu. Aku akan menantimu membisikkan kata termanis, dan akan setia menanti balasan hatimu untukku. Meskipun itu menghitung bintang dan butiran embun di pagi buta.

Tapi, ku rasa percuma. Putaran waktu hanya membuatmu semakin menjauh dari sampingku. Semakin jauh  dan tanpa alasan yang tak mampu ku mengerti. Mei, dua ribu tiga belas, tak ada lagi sapa dan kabar diantara kita. Aku hanya bisa melihatmu merangkai kalimat di facebook. Sungguh, itu membuatku menangis. Bulan-bulan dalam tahun dua ribu tiga belas, seakan menusukku secara perlahan. Apalagi saat aku melihatmu berlalu begitu saja di hadapanku bersama seorang gadis yang tengah kau genggam jemarinya. Kenyataan yang begitu pahit, melihatmu tapi tak bisa ku sentuh sedikit sosokmu. Sekarang, melihatmu adalah air mataku.

Katakan padaku, bagaimana aku harus bertahan ? Sulit untukku melarikan diri dari rindu yang terus memburu. Tak bisa ku tepis perasaan yang semakin kuat untukmu. Bukan main penantian yang begitu lama hanya untuk menantimu bicara. Tak lepas dari semua tentangmu, hanya diam dalam lamunan yang menyelimuti hari-hariku.

“Selayaknya engkau tau betapa ku mencintaimu, kau perankanku dari mimpi buruk ku. Betapa hancur hatiku melihat engkau bersamanya, namun ku mencoba tuk tegar menghadapinya”

Potongan lagu “usai sudah” dari kangen band, menemaniku dalam setiap waktu. Itu perasaanku saat ini ! untuk kamu ! yang begitu tega menyisakan perih di hatiku. Setiap rangkaian lirik lagu itu, begitu dalam memaknai perjalanan hatiku selama menantimu bicara. Aku wanita ! si pemilik hati yang teramat lembut. Andaikan kamu adalah aku, maka kamu tidak akan hanya diam menyaksikan cintamu yang tak terbalaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar