Kamis, 03 April 2014

120 Minutes in your Heart @~ I



 Aku bahagia saat kamu bersamaku

     Tapi kamu malah bahagia saat kamu bersamanya

 

Bintang itu kembali tatkala hujan merajai bumi. Merangkul jemariku dalam gelapnya malam. Entah apa yang sedang merayu hatiku selalu tersenyum di sampingnya. Sejenak rindu itu berganti dengan rasa yang asing di hatiku. Namun setelah itu, bintang itu lenyap bersama sinarnya. Sebuah bintang yang terlahir di Pulau Dewata yang akhirnya menjadi sahabat kecilku. Bintang yang dulunya selalu bersinar terang di sampingku. Dulu, masa kecil yang membuatku mengenalnya dan selalu dekat di sampingnya. Tertawa, bercanda dan belajar bersama. Selalu ku simpan sebuah stiker bergambarkan seorang putri yang ia berikan padaku. Hingga air mataku menghujan saat teralun melodi “usai sudah” di hadapanku dan dia katakan akan menjauh dari sampingku.

Tiga tahun berlalu..

Masa remaja yang mengizinkanku bersua kembali dengannya, berada dalam satu lingkungan belajar. Meskipun tak saling berkata dan terasa sangat jauh. Tak apa ! Itu cukup membuatku bahagia, bisa melihat sinarnya yang begitu terang seperti saat lalu saat kita masih bersama. Hingga saat waktu menyatukan kita kembali. Saat itu, dia kembali hadir di sampingku dan merangkul erat jemariku. Seakan tak mau berlalu dari sampingku lagi.

Kini, aku dan dia duduk di bangku SMA. Dan ternyata.. Tuhan masih mengizinkan kita bersama dan belajar di tempat yang sama kembali. Saat SMA aku tinggal di sebuah kos di lorong depan sekolah. Dia juga nge-kos tapi tak dekat dengan kos-an ku. Sembilan tahun sudah bintang itu bersinar terang di sampingku dan hingga saat ini. Meskipun tak selalu terlihat, tapi selalu menemaniku. Tiba-tiba suatu hari sebuah inbox tertera di layar Hp ku.

“ Hai putri…” inbox pertama darinya.

“ Hah ? Putri ? Siapa yang kamu panggil putri ? Salah kirim yaa ?” Balas ku.

“ Aku enggak salah kirim. Bener lah tujuannya ke kamu. Kan kamu putrinya.” Balasnya.

“ Ah bisa aja kamu” Canda ku.

“Aku ingin kamu tau.. Hanya kamu putri di istanaku, kamu selalu  jadi putri di istanaku. Dan aku sangat khawatir jika bukan aku yang menjadi pangeran di sampingmu J Eh aku tidur dulu ya.”

Inbox terakhir darinya begitu mendalam di hatiku. Benarkah itu ? Entahlah…

Sejak saat itu, ada rasa yang asing di hatiku setiap kali aku menatap wajahnya yang selalu bersinar dengan sebuah senyuman manis. Iyakah itu Cinta ? Suatu hari, aku dan dia les Biologi di Sekolah. Aku menunggunya di lorong kelas, kemudian berjalan masuk bersamanya. Hari itu terasa aku berada dalam sebuah taman yang sangat indah.

Malamnya, dia datang ke kos-an ku mengantarkan buku paket Biologi yang telah aku pinjam tadi sore. Kebetulan kos nya  tidak terlalu jauh dari kos ku, hingga bisa berjalan kaki. Setelah dia kembali ke kos nya, dia mengirimkanku inbox seperti biasanya. Di tengah percakapanku dengannya. Entah apa yang membuatnya membalas inbox ku dengan pertanyaan yang membuatku sedikit terkejut.

“ Kamu mau tau perasaanku yang sebenarnya ?” Balasannya membuatku sedikit terkejut.

“ Boleh. Emangnya perasaan kamu seperti apa ?” Balasku.

“ Jujur… Di masa putih biru. Tepatnya saat aku ikut lomba bersamamu. Saat itu kau rangkul pundak ku, tatkala piala kemenangan di tangan. Juga saat aku mengulurkan tangan dan kau balas genggaman jemariku. Saat itu juga, ku raba hatiku yang ternyata telah tak sengaja menaruh hati padamu. Tapi… Aku tak cukup berani mengungkapkannya padamu. Dan ku rasa aku baru mengungkapkannya padamu. Ini kali pertamanya aku mengungkapkan perasaan ku pada seorang gadis dengan segenap hatiku.”

Oh tidak ! Ternyata dia juga memendam rasa untukku. Haruskah sahabat kecilku yang menjadi cinta pertamaku ? Mungkinkah persahabatan itu akan berganti deary cinta ? Aku bingung. Kemudian ku balas inbox nya.

“ Kamu bercanda kan ?” Tanyaku dalam inbox untuknya.

“ Enggak, aku serius. Tapi aku enggak minta kamu jadi pacar ku. Cukup jadi sahabat aja.” Balasnya.

“Iya juga sih. Aku tau kamu mau fokus juga buat belajar.” Balasku.

Beberapa hari kemudian, entah apa yang membuatku dan dia mengawali deary cinta itu. Sebenarnya sudah sejak waktu lalu aku ingin bersamanya dalam sebuah deary cinta. Tapi aku rasa belum siap.  Dan aku sangat bahagia saat dia mengawali ucapan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar