120 Minutes in your Heart @~ I
Aku bahagia saat kamu bersamaku
Tapi kamu malah bahagia saat kamu bersamanya
Bintang itu kembali tatkala hujan
merajai bumi. Merangkul jemariku dalam gelapnya malam. Entah apa yang sedang
merayu hatiku selalu tersenyum di sampingnya. Sejenak rindu itu berganti dengan
rasa yang asing di hatiku. Namun setelah itu, bintang itu lenyap bersama
sinarnya. Sebuah bintang yang terlahir di Pulau Dewata yang akhirnya menjadi
sahabat kecilku. Bintang yang dulunya selalu bersinar terang di sampingku. Dulu,
masa kecil yang membuatku mengenalnya dan selalu dekat di sampingnya. Tertawa,
bercanda dan belajar bersama. Selalu ku simpan sebuah stiker bergambarkan
seorang putri yang ia berikan padaku. Hingga air mataku menghujan saat teralun
melodi “usai sudah” di hadapanku dan dia katakan akan menjauh dari sampingku.
Tiga tahun berlalu..
Masa remaja yang mengizinkanku
bersua kembali dengannya, berada dalam satu lingkungan belajar. Meskipun tak
saling berkata dan terasa sangat jauh. Tak apa ! Itu cukup membuatku bahagia, bisa
melihat sinarnya yang begitu terang seperti saat lalu saat kita masih bersama.
Hingga saat waktu menyatukan kita kembali. Saat itu, dia kembali hadir di
sampingku dan merangkul erat jemariku. Seakan tak mau berlalu dari sampingku
lagi.
Kini, aku dan dia duduk di bangku
SMA. Dan ternyata.. Tuhan masih mengizinkan kita bersama dan belajar di tempat
yang sama kembali. Saat SMA aku tinggal di sebuah kos di lorong depan sekolah.
Dia juga nge-kos tapi tak dekat dengan kos-an ku. Sembilan tahun sudah bintang
itu bersinar terang di sampingku dan hingga saat ini. Meskipun tak selalu
terlihat, tapi selalu menemaniku. Tiba-tiba suatu hari sebuah inbox tertera di layar
Hp ku.
“ Hai putri…” inbox pertama darinya.
“ Hah ? Putri ? Siapa yang kamu
panggil putri ? Salah kirim yaa ?” Balas ku.
“ Aku enggak salah kirim. Bener lah
tujuannya ke kamu. Kan kamu putrinya.” Balasnya.
“ Ah bisa aja kamu” Canda ku.
“Aku ingin kamu tau.. Hanya kamu
putri di istanaku, kamu selalu jadi
putri di istanaku. Dan aku sangat khawatir jika bukan aku yang menjadi pangeran
di sampingmu J
Eh aku tidur dulu ya.”
Inbox terakhir darinya begitu mendalam
di hatiku. Benarkah itu ? Entahlah…
Sejak saat itu, ada rasa yang asing
di hatiku setiap kali aku menatap wajahnya yang selalu bersinar dengan sebuah
senyuman manis. Iyakah itu Cinta ? Suatu hari, aku dan dia les Biologi di
Sekolah. Aku menunggunya di lorong kelas, kemudian berjalan masuk bersamanya.
Hari itu terasa aku berada dalam sebuah taman yang sangat indah.
Malamnya, dia datang ke kos-an ku mengantarkan
buku paket Biologi yang telah aku pinjam tadi sore. Kebetulan kos nya tidak terlalu jauh dari kos ku, hingga bisa
berjalan kaki. Setelah dia kembali ke kos nya, dia mengirimkanku inbox seperti
biasanya. Di tengah percakapanku dengannya. Entah apa yang membuatnya membalas
inbox ku dengan pertanyaan yang membuatku sedikit terkejut.
“
Kamu mau tau perasaanku yang sebenarnya ?” Balasannya membuatku sedikit
terkejut.
“
Boleh. Emangnya perasaan kamu seperti apa ?” Balasku.
“
Jujur… Di masa putih biru. Tepatnya saat aku ikut lomba bersamamu. Saat itu kau
rangkul pundak ku, tatkala piala kemenangan di tangan. Juga saat aku
mengulurkan tangan dan kau balas genggaman jemariku. Saat itu juga, ku raba
hatiku yang ternyata telah tak sengaja menaruh hati padamu. Tapi… Aku tak cukup
berani mengungkapkannya padamu. Dan ku rasa aku baru mengungkapkannya padamu.
Ini kali pertamanya aku mengungkapkan perasaan ku pada seorang gadis dengan
segenap hatiku.”
Oh
tidak ! Ternyata dia juga memendam rasa untukku. Haruskah sahabat kecilku yang
menjadi cinta pertamaku ? Mungkinkah persahabatan itu akan berganti deary cinta
? Aku bingung. Kemudian ku balas inbox nya.
“
Kamu bercanda kan ?” Tanyaku dalam inbox untuknya.
“
Enggak, aku serius. Tapi aku enggak minta kamu jadi pacar ku. Cukup jadi
sahabat aja.” Balasnya.
“Iya
juga sih. Aku tau kamu mau fokus juga buat belajar.” Balasku.
Beberapa
hari kemudian, entah apa yang membuatku dan dia mengawali deary cinta itu.
Sebenarnya sudah sejak waktu lalu aku ingin bersamanya dalam sebuah deary
cinta. Tapi aku rasa belum siap. Dan aku
sangat bahagia saat dia mengawali ucapan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar