@~ II
...
Namun…
tepat saat cinta itu genap 120 menit. Dia mengatakan tidak benar-benar siap
untuk menjalani deary cinta itu. Hingga dia memutuskan untuk kembali bersahabat
denganku. Tak sedikit pun senyuman yang mampu terlatar di wajahku. Apa ini ?
Permainan kah ? Usai kejadian itu… Aku bersikap seperti biasanya, meskipun
begitu dalamnya kekecewaan di hatiku. Ia juga demikian, bersikap sebagai sang
bintang sahabatku.
Tiba-tiba…
Entah apa yang membuatnya menjauh dari sampingku dan tak pernah lagi
mengirimkan inbox padaku. Dan ternyata dia sedang dekat dengan seorang gadis
yang satu kelas dengannya. Semua rasa berkecamuk di hatiku, fikiran takut
kehilangan dia begitu jelas dalam benakku. Namun berusaha ku tepis semua
fikiran buruk tentangnya.
Semakin
hari, bintang itu terasa bersinar semakin jauh dari sampingku. Setiap kali ku
latarkan senyuman untuknya, sebaliknya dia tak membalas senyuman ku. Bahkan
setiap kali bertemu di koridor kelas, dia hanya lewat begitu saja tanpa melihat
ku yang sedang memperhatikannya. Itu sangat menyakitkan untukku ! Setiap saat
hanya sinarnya yang selalu terbayang dalam angan ku. Iya… itu aku. Tapi,
bagaimana dengannya ? Ku rasa jawabannya tidak ! Setiap kali aku melihatnya,
tak satu waktu pun terlewatkan tanpa gadis itu yang selalu berjalan di
sampingnya. Jelas saja hal itu tak pernah ku bayangkan akan terjadi kepada ku.
Malamnya, dalam kamar kos ku yang sunyi… Tak sadar aku menjatuhkan air mata
karnanya untuk kedua kalinya. Iyakah dia tak akan bersinar lagi di sampingku ?
Fikiran buruk itu… Benarkah memang terjadi ? Sejak derajat perubahan sikapnya
telah mencapai puncaknya, aku mencari informasi tentang kedekatannya dengan
gadis sekelasnya itu. Tapi, belum ku temukan informasi yang jelas. Semoga saja
hanya sebuah kedekatan.
Detik
– detik waktu terasa gelap, aku merasa telah kehilangan sebuah bintang yang
dulunya selalu bersinar paling terang di sampingku. Hampir setiap malam aku
termenung ditemani butiran air mata. Bayangkan hampir 10 tahun aku
mengaguminya, namun semuanya bersela air mata hanya karena satu orang gadis
yang sekarang tengah hadir di sampingnya dan tak tau siapa dia. Tuhan… haruskah
seperti ini kisah persahabatan ku bersamanya ? Lalu untuk apa dia mengatakan
sangat menyayangi ku, jika akhirnya semudah itu sinarnya luluh bergeming ?
Bahkan dia tak cerita kan gadis itu siapa kepadaku sahabat kecilnya ? Apakah
dia tak menganggapku sahabat lagi ?
Keesokan
harinya di Sekolah. Aku berusaha tetap tersenyum setiap kali bertemu dengannya.
Dan ku tutupi semua tangisan ku dengan lataran senyuman di wajahku. Saat pulang
sekolah aku duduk di Halte, seorang teman dekat ku menghampiri.
“
Udahlah. Jangan terlalu difikirin.” Ucapnya berusaha menenangkan fikiran ku.
“
Enggak masalah dia cuek sama aku. Tapi harus ada alasannya dong. Bukan pergi gitu
aja tanpa alasan yang jelas. Bahkan aku liat dia sama cewek.” Cerita ku
padanya.
“
Tau enggak ? Dulu… waktu masih SMP, dia enggak pernah lewatin waktu tanpa
informasi tentang kamu. Bahkan waktu kamu di gosipin dekat sama cowok, dia mati-matian
cari informasi yang jelas. Dari situ aku sadar, bahwa dia ternyata sayang kamu.
Walaupun kamu enggak pernah tau tentang hal itu.” Tutur nya.
Aku
hanya diam saja mendengarkan penjelasan teman dekat ku itu. Kebetulan dia juga
dekat dengan nya.
“
Dia sering nanya ke aku tentang kamu. Bahkan dia juga pernah minta tolong ke
aku buat kepastian kamu punya pacar atau enggak. Aku salut sama dia. Dia deket
sama cewek aja enggak pernah. Kamu jauh, tapi di hatinya kamu selalu ada. Aku
ingat waktu dia cerita tentang kamu sambil senyum-senyum ceria. Makanya kamu
harus yakin kalau dia sayang sama kamu. Mungkin aja cewek itu cuman temennya.”
Lanjutnya.
“
Aku selalu percaya sama dia. Dan aku akan selalu menunggu waktu.” Jawab ku
dalam hati sambil bersandar di bahunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar