Kamis, 03 April 2014

@~ III



...

Di kamar kos ku. Malamnya dalam lelap ku, bintang itu hadir dengan sinar yang begitu terang. Aku dan dia saling berhadapan dalam keremangan malam.

“ Makasi udah jadiin aku bintang yang paling terang buat kamu.” Ucap nya mengawali percakapan.

Aku menatapnya tajam dan penuh tanya. Apa maksud nya ?

“ Waktu aku jauh, aku harap kamu bisa menemukan bintang yang lebih terang dariku. Karena sekarang semuanya sudah berbeda. Aku nggak bisa bersinar di samping kamu lagi.” Ujar nya membuat ku terpana dengan ucapannya.

“ Aku nggak akan pernah bisa menemukan bintang yang paling terang seperti terangnya sinar mu. Jangan pernah jauh ke tempat di mana aku nggak bisa menggapainya walau dengan seluruh jemariku.” Jawab ku dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Dia hanya diam saja mendengar jawaban ku. Sedangkan tatapan mataku tak bergeming sedikit pun terhadapnya.

“ Katakan apa yang harus aku lakukan biar kamu tetap bersinar di sampingku ? Maafin aku kalau selama ini aku nggak pernah tau ketulusan kamu dan meskipun aku nggak teriak tentang ketulusan ku, itu karna aku meneriakkannya di hatiku.” Lanjut ku dengan sedikit terisak.

“ Seterusnya kita nggak bisa bersinar bareng lagi. Karna terlalu terang, hingga nanti hanya akan membuat mata mu sakit ngeliat ku. Jadi, aku akan pergi jauh.” Ucap nya sambil beranjak dari hadapan ku. Sejenak ku genggam jemari nya, hingga menghentikan langkahnya di sampingku.

“ Tak bisakah aku tetap bersamamu, meskipun hanya sebagai sahabat kecilmu seperti dulu lagi ? Aku tidak akan menuntutmu untuk membalas apa yang aku rasakan. Setidaknya kisah persahabatan itu kembali.” Ucapku tanpa melihat ke arahnya dan berurai air mata sambil tetap menggenggam jemari nya.

“ Maaf. Aku nggak bisa. Dan mulai sekarang jangan pernah berfikir tentang aku lagi. Selamat tinggal.” Ujarnya sambil melepas genggaman jemariku dan pergi begitu saja.

Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak pernah membayangkan semua ini terjadi padaku. “Ku mohon jangan pergi.. Aku tak bisa melihat tanpa sinar mu dalam kegelapan.” Jerit ku dalam hati. Terlambat. Aku hanya bisa menangis menahan rasa sakit yang membakar seluruh asa dalam hatiku. Bahkan ternyata mimpi itu kenyataan. Dia benar-benar telah pergi jauh dari sampingku.

Aku terabaikan dalam setiap lelapnya. Semakin jauh… Rasa itu semakin kuat dalam hatiku. Aku sangat mencintainya. Aku tidak biasa lelap tanpa sinar nya di sampingku. Selalu teringat saat berjalan berdua dengannya. Saat dia menungguku di depan rumah dan bersama berangkat ke sekolah sambil bergurau dengannya sepanjang jalan. Itu hampir setiap hari saat kita belum menempati kos, bahkan pulang bersama dengannya.  Tapi sekarang… Aku tidak bisa merasakan sinarnya lagi. Sangat jauh beranjak meninggalkanku. Hingga akhirnya ku kirimkan sebuah inbox untuknya.

Jangan membuatku tenggelam tanpa sinar terangmu. Maaf jika aku telah menyimpanmu terlalu dalam di hatiku. Aku tidak bisa terus seperti ini. Bagaimana pun aku seorang wanita, aku ingin alasan jelas darimu yang tiba-tiba pergi jauh dari sampingku. Tapi tak ada respon darinya. Hingga aku kembali mengirim sebuah inbox untuknya. Apa salahku padamu, hingga kamu begitu tega diam dan berlalu tanpa alasan ? Kamu yang membuatku berharap, tapi kenapa kamu yang memaksa ku untuk menghentikan harapan itu ?! Ku mohon balas inbox ku, walaupun hanya sebaris kalimat. Percuma… tak satupun balasan inbox yang ku terima darinya. Bahkan ku coba menghubunginya, tapi selalu diabaikan.

Tuhan… Inikah akhir dari rasa yang telah ku pertahankan begitu lamanya ? Kembalikan dia Tuhan… Kembalikan bintang itu di sampingku. Aku tak bisa melihat dalam kegelapan tanpa sinarnya dan tanpa rangkulan jemari nya yang selalu menuntunku. Aku sangat menyayanginya ! Dia bintang pertama yang selalu memberikan sinarnya dalam hidupku. Bawa dia kembali ke sampingku lagi, Tuhan..! Iyakah salah jika aku menyimpannya dalam hatiku ? Hingga dia setega ini terhadapku. Ku mohon Tuhan… Buat dia kembali bersinar di sampingku lagi -_-.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar