Sabtu, 26 April 2014

Aku terlambat ( 2 ) :'D



   Apa bencana yang sudah melanda perasaanku ? Kenapa aku harus menggalau saat mendengar kamu telah menemukan hati yang baru ? Bahkan setiap kali kamu duduk di sampingnya, aku kesal ! setiap kali melihatmu berjalan bersamanya, aku panas ! setiap kali melihatmu bergurau mesra bersamanya, aku cemburu !

Padahal… dulu, aku cuek dan terlihat cool saat bersamamu. Tak ada perlakuanmu yang mampu mengusik perasaanku. Aku tak pernah menganggapmu sebagai kekasihku. Aku tak peduli sedikitpun tentangmu. Sekarang… aku seperti burung yang hanya bisa menyaksikanmu dengannya “kekasih barumu”. Aku seperti patung yang terus melihat layar handphone dan berharap pesan termanis darimu. Serpihan hati yang awalnya ingin ku cari bersamamu, harus ku sirnakan begitu saja. Keterlambatan hatiku yang ingin menerima perasaanmu, harus ku gagalkan. 

Aku berusaha tersenyum ! Aku berusaha bahagia ! Aku berusaha melontarkan canda manis “kekasih baru” padamu. Hingga sandiwara yang ku lakukan setiap kali bertemu denganmu, berbalik arah menyakitiku. Kesedihan yang selalu berusaha ku tepis, meledak dalam hatiku.

Dulu, begitu sempurnanya ketulusan hatimu untukku. Begitu sejatinya penantian cinta yang kamu jalani. Begitu sabarnya kamu menanti hatiku bicara. Begitu tegarnya kamu menuruti persyaratan bodoh dariku. Kamu rela mengorbankan waktumu hanya demi sebuah pesan yang tak pernah ku balas. Dan cinta yang tak pernah ku sambut.

Tak pernah hilang dalam ingatanku. Ketika segenggam jemarimu mendekap erat jemariku. Ketika bisikan manismu mengudara di telingaku. Ketika kamu marah setiap kali aku tak mendengarmu. Ketika tepukan lembutmu mendarat di bahuku, seakan kamu tak mengizinkan ketenangan menjauh dariku. Satu hal yang paling menghantam perasaanku. Aku hampir tak percaya saat melihat gubug matamu yang memerah dan basah kala aku terkulai lemah tak berdaya.

Aku salut dengan kesungguhanmu ! Aku bangga dengan kelembutanmu ! Aku menyesal tak bisa lebih dulu memiliki hatimu. Dan aku bodoh sudah membiarkan orang lain memilikimu.

Maafkan kebodohanku yang sudah membuang percuma ketulusanmu. Maafkan kejahatan hatiku yang sering meminta waktu terlalu lama menjawab perasaanmu. Aku baru mengerti sakit yang kamu rasakan, setelah rasa itu menggebu di hatiku. Aku baru menyadari ketulusanmu yang sebenarnya, setelah kepergianmu meninggalkan kenangan yang teramat dalam untukku, yang mungkin tak ku dapatkan dari orang lain.

Untuk kamu pemilik hati yang sudah ku tenggelamkan dalam penantian, 
ku jadikan mainan ketulusannya 
dan ku sampulkan kepalsuan harapannya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar