Kamis, 03 April 2014

Part III



Hari itu datang..

Besok tepatnya aku akan menghadapi Ujian Nasional. Aku pun mempersiapkan diri sebaik mungkin, meskipun tanpa support kedua orang tuaku. Malamnya dalam tidur lelapku, ibu datang lagi.

“Ibu tahu kau akan bisa hidup sendiri, anakku. Ibu bangga padamu.” Tutur ibu seraya menggenggam jemariku.

“Itu semua karena ibu yang selalu menguatkanku.” Ucap ku dengan sebuah senyuman.

“Karena kerja kerasmu. Bukan karena ibu ataupun orang lain.” Ungkap ibu.

“Aku ikut lomba menulis novel bu. Bagaimana menurut ibu ?” kata ku pada ibu.

“Itu bagus sayang. Ibu yakin kau pasti menang.” Ibu meyakinkanku.

“Kenapa ibu begitu yakin ?” Tanya ku.

“Karena ibu melihat kesungguhan tekadmu yang begitu kuat.” Pungkas ibu.

“Semoga saja. Ibu..” panggil ku pada ibu.

“Ada apa, sayang ?” Tanya ibu.

“Besok Ujian Nasional bu. Tiba-tiba aku ragu untuk meletakkan optimis itu pada hasilnya nanti.” Tutur ku pada ibu.

“Jangan pernah ragu, anakku. Apapun yang akan kau lakukan, kau harus selalu optimis. Karena itu di samping usahamu, jangan lupa berdo’a pada Tuhan. Semua yang kau dapatkan dan lakukan akan berkah, atas ridho-Nya. Jangan pernah takut untuk melangkah, anakku. Ibu percaya kau akan berhasil. Ibu selalu mendo’akan yang terbaik untukmu. Meskipun ibu terasa jauh di sampingmu, tapi ibu selalu di hatimu.” Jelas ibu sambil memelukku.

“Terimakasih ibu. Aku tidak akan pernah mengecewakan ibu. Aku sayang ibu.” Tutur ku pada ibu.

Hari-hari Ujian Nasional ku jalani dengan penuh ketelitian dan keoptimisan. Berharap Tuhan mendengarkan segala panjatan do’a dan usahaku. Dan hal yang tak pernah aku bayangkan.. Aku menjadi peraih Ujian Nasional tertinggi se-Provinsi. Aku tak pernah menyangka hal itu akan aku dapatkan. Seorang anak yang hidup sendiri di sebuah desa terpencil, belajar yang kadang terbengkalai dengan membuat kerajinan, berangkat sekolah dengan banyak rintangan dan tanpa orang tua. Sehingga aku mendapatkan bea siswa untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Terimakasih Tuhan. Kebahagiaan yang ku rasakan semakin lengkap saat aku terpilih sebagai juara 1 dalam lomba menulis novel se-Provinsi. Tepat itu, aku bagai terbang dalam kedamaian cakrawala. Kemudian aku maju ke atas panggung untuk menerima penghargaan sebagai juara 1. Usai menerima penghargaan itu, aku diminta menyampaikan sepatah dua patah kata. Teriakkan dan tepuk tangan para hadirin membahana di gedung itu. Dan aku mulai berbicara.

“Terimakasih untuk Tuhan yang telah memberiku senyuman terindah. Aku tidak pernah menyangka akan mendapatkan semua keberhasilan ini. Aku yang hanya seorang anak malang di sebuah desa terpencil, hidup seorang diri tanpa orang tua ku, mencari nafkah seorang diri, dan bersusah payah berjalan di tengah hutan juga melewati sungai yang penuh bebatuan hanya untuk sekolah. Ini sungguh suatu keajaiban terdasyat dalam hidupku. Tropi penghargaan ini, ku hadiahkan untuk seorang ibu yang telah lama pergi meninggalkanku. Seorang ibu yang selalu menguatkanku dalam segala hal, selalu menghapuskan air mataku dan membuatku tetap tegar. Bahkan setelah tiada, dia selalu hadir dalam mimpi malamku untuk memberiku semangat hidup dan motivasi. Hingga aku bisa bertahan hidup dan meraih keberhasilan seperti saat ini. Tropi ini untukmu, ibu. Aku mencintaimu seperti hujan mencintai titah Tuhannya. Tak pernah lelah dan selalu berusaha untuk mewujudkan semuanya. Terimakasih.” Tutur ku sambil berurai air mata. Bukan hanya aku, tapi para tamu yang hadir juga meneteskan air mata. Hingga suara tepuk tangan para hadirin mengakhiri acara itu. Mereka berjabat tangan denganku sambil mengungkapkan rasa haru dan bangga mereka atas perjuangan hidupku selama ini. Di kejauhan sana, aku melihat ibu tersenyum bangga padaku.

Sejak saat itu, aku mulai sadar tentang hidup yang pernah dijelaskan ibu padaku. Ternyata benar, alam di sekitarku yang membantuku bertahan hidup hingga saat ini. Buktinya pohon bambu yang selalu ku gunakan untuk membuat kerajinan yang akhirnya membuahkan hasil. Pohon-pohon besar yang selalu membuatku merasa teduh dan tanaman-tanaman yang bisa ku jadikan obat di saat aku terluka. Alam juga yang mengajariku tentang ketegaran dan perjuangan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar