Kamis, 03 April 2014

Itu rangkaian perasaanku yang teramat merindukan ayah '*

Laki-laki setengah baya itu… Yang selalu aku rindukan.

    Aku sedih melihat mereka, aku tersedu menyaksikan semua itu. Dimana ayah ? Masihkah dia ingat gadis kecil yang selalu menantinya ? Entahlah...

    Setiap malam, tak pernah ku lewati tanpa melukiskan wajah ayah di kerajaan malam. Agar aku selalu yakin bahwa ayah selalu di sampingku. Dengarkah ayah ? Sang meteor membantuku merajut sebuah melodi yang nantinya akan ku persembahkan untuk ayah.

    Tertawa, ceria dan canda itu tak lagi ku dapatkan. Aku selalu ingat waktu itu. Saat ayah menjadikan ku "putri kecil" di istana ayah, saat ayah menggendongku di pundak ayah, saat ayah mengatakan "kamu bisa !" dan... saat ayah mengorbankan segalanya demi diriku.

    Maafkan aku ayah...
Aku terlalu bodoh tak melihat ketulusan hati ayah. Keraguan menyelimuti ruang di dadaku. Kecewa, amarah dan sedih. Hanya itu yang selalu ku goreskan untuk ayah. Aku tak pernah bisa mengerti tentang mahkota "putri kecil" yang ayah berikan padaku. Sungguh... maafkan aku ayah !

    Sekarang... Aku minta ayah kembali ! Jangan biarkan aku memerintah sendiri dalam kerajaan hidup tanpa ayah. Tak sanggup ku terima demonstrasi mereka tanpa ocehan ayah. Bahkan bila musim terus berlalu.

     Dari hati terdalam... Aku sangat menyayangi ayah ! Aku sangat merindukan ayah ! Semua kasih sayang dan segenap jiwa suciku, takkan pernah pudar hingga Tuhan menghadirkan ayah dalam rangkulanku.


Dari seorang gadis kecil yang selalu merangkai jutaan melodi
yang kemudian akan dipersembahkan saat ayah kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar