Aku punya perasaan !
Senja yang sepi tanpa mentari. Tiba-tiba
langit berkelabu dan hujan berjatuhan dengan derasnya, mengaburkan pandanganku
yang sedari tadi terdiam di balik jendela kamarku. Aku masih ingat tahun lalu
saat aku dan kamu menjadi kita. Saat bunga-bunga musim semi berganti warna
tepat saat kamu mengungkapkan suara hatimu untukku. Entah bisikan apa yang kemudian
mengusik kita menjalani cerita yang dinamakan “Relationship”. Itu kali pertama
aku menjalaninya dengan seseorang yang katanya mencintaiku, “kamu”.
Hari-hari pertama terasa begitu indah. Rayuan
gombalmu, menggariskan senyuman manja di bibirku. Perhatianmu, terasa hangat
untukku. Dan kamu berhasil membuatku merasakan getaran yang berbeda. Aku
senyum-senyum sendiri saat membaca inbox darimu. Aku salah tingkah saat aku
berbicara denganmu meskipun hanya melalui benda elektronik. Dan aku bingung
kenapa aku bisa mengatakan “aku sayang kamu”. Apa aku sudah mulai mencintaimu ?
Benarkah ?
Awalnya tak satupun yang bisa membuatku
mengenal cinta kembali. Setelah aku kehilangan sesosok cahaya yang telah lama
berlalu. Hingga kamu datang membawa cahaya baru dalam hidupku. Apa yang aku
dapatkan darimu, sebelumnya tak pernah ku dapatkan dari “dia” ataupun orang
lain. Aku berfikir, mungkin Tuhan memberiku kesempatan untuk mencoba membuatmu
bahagia. Tak ada satu menit yang terbuang percuma tanpa inbox ataupun calling
rayuan gombal dan perhatian darimu. Dan aku tak tau kenapa dan bagaimana wanita
begitu bahagia dengan semua itu. Aku rasa itu yang dimaksud nikmat Tuhan yang
berbeda.
Bulan itu hampir berlalu, ada perubahan yang
berhasil ku temukan dalam dirimu. Kamu mulai sibuk sendiri dan bertingkah tak
biasanya padaku. Aku mengerti kamu punya kesibukan lain yang tak bisa kamu
tinggalkan. Tapi, sesibuk itukah ? sampai kamu melupakan seseorang di seberang
sini yang selalu merindukanmu. Kamu mengabaikan seseorang yang selalu di
sampingmu dan selalu menemanimu. Aku yang selalu menjadi peampiasan keluh
kesalmu. Aku yang selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu. Aku yang
senantiasa bertahan dalam setiap luapan emosimu. Kamu melupakanku. Bahkan saat
aku mencoba mencari tau apa yang terjadi dan saat aku bertanya kenapa ? kamu
malah berusaha mengalihkan arah pembicaraanku. Kamu bilang itu ! Kamu bilang
ini ! Kamu bersikap seolah-olah kamu tidak mengerti kebenaran yang terjadi.
Dan amazing ! kamu berhasil bersandiwara di
hadapanku. Kamu bilang sibuk ! Kamu minta aku untuk mengerti ! tapi apa yang
terjadi sekarang ?! Ketika aku Log in akun, kamu sedang ngobrol mesra dengan
dia “mantanmu” yang pernah kamu ceritakan padaku. Dia yang paling sempurna di
hatimu. Dia yang pertama kali mengenalkan cinta dan sakit hati padamu. Dia yang
tak pernah bisa kamu lupakan sosoknya. Aku tau itu ! Tapi kenapa kamu
bertingkah seperti dia kekasihmu dan aku
mantanmu ?! Kamu sudah seperti sutradara yang leluasa memutar balikkan
cerita yang sebenarnya. Lalu, bagaimana denganku ? Bagaimana dengan rasaku yang
tak kamu usik ? Kamu memintaku mengerti perasaanmu, iya ! Kamu memintaku
mengerti keadaanmu, oke ! Kamu memintaku sabar menunggu kesibukanmu, baiklah !
Tapi, bagaimana mungkin aku mengerti perasaanmu, mengerti keadaanmu dan
menunggu kesibukanmu, sedangkan kamu tak bisa menghargai sedikit perasaanku !
Kamu anggap apa aku ini ?! Ada waktunya kamu marah, bersikap dingin dan
tiba-tiba begitu mesra padaku. Aku bukan sandal, yang bisa kamu gunakan kapan
saja. Kemudian kamu buang begitu saja setelah kamu bosan. Aku bukan kartu, yang
bisa kamu manfaatkan saat kamu butuh dan kamu patahkan setelah kamu anggap tak
berguna lagi untukmu. Tolong hentikan !
Aku tak bisa hanya diam ! Ketika waktu itu
datang, aku mengumpulkan keberanian untuk bertanya tentang semua yang terjadi
di antara “KITA”. Aku mengirim inbox untukmu.
“Ehm… aku
ganggu nggak ?”
“Enggak. Kenapa ?”
“Aku mau
tanya sesuatu.”
“Tanya apa ?”
“Sebenarnya
kamu masih sayang nggak sama aku ?”
“Kamu ngomong apa sih ?”
“Jawab aja !
Aku udah cukup lama nunggu waktu buat tanya tentang ini sama kamu.”
“iyalah. Aku masih sayang sama kamu. Udah,
kamu nggak usah mikirin yang aneh-aneh. Kamu kan pacarku, nggak mungkin aku mau
pacaran sama kamu kalau aku nggak sayang sama kamu.”
“Kamu nggak
bohong kan ?”
“Aku serius. Aku masih sayang sama kamu. Eh
udah jam seginian, tidur gih sana. I Love You”.
“Too”.
...~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar