Untuk ayah dan ibu yang menitipku pada gerimis ...
Tak ada penyesalan tentang Tuhan yang memberiku hidup dan sejarah yang
melukiskan perjalanan takdirku. Bahkan tentang ayah dan ibu yang
meninggalkanku di tengah gerimis.
Ungkapan hati hanya
mampu ku goreskan pada gudang album yang senantiasa ada. Waktu tau
bagaimana aku, tapi aku tidak tau bagaimana waktu berlalu begitu saja !
hingga dingin mengusik rindu akan kehangatan dua orang yang paling
berharga dalam hidupku.
Seberapa keras aku harus
berteriak pada dua orang itu ? Tidakkah teramati melalui pancaran mata
dan bahasa rindu ku, bahwa aku ingin mereka mengerti makna kalbu ku !
aku ingin berpayung dalam gerimis bersama mereka.
Ya, beruntung ! hidup dalam istana dengan hidangan yang cukup lezat dan
dikelilingi berbagai aksesoris cantik. Di tambah dengan dua orang itu.
Itu membuatku sebagai anak yang selalu dikatakan beruntung. Tapi, kenapa
burung-burung malam tidak bertanya tentang diamku di tengah gerimis ?
Dan hanya termangu menyaksikan ku tersenyum penuh kesakitan.
Mana ibu ? ... ayah ?
Sesal dan amarah menggebu dalam jiwa ku. Segumpal daging dalam dada
berteriak memanggil kalian. Aku sedih ayah ! aku sakit ibu ! Kalian
terlalu tega tidak mengamati arti gerimis yang menghujaniku. Kalian
terlalu sibuk dengan kalimat pahit yang selalu terlontar, tanpa mengerti
aku.
Apa ucapan kalian saat aku akan berhasil
membawa bintang yang kalian harapkan ? Hanya senyuman simpul. Ya, itu
cukup bagi kalian. Lalu, bagaimana denganku ? Apalagi saat aku terjatuh
tatkala berusaha membawa bintang itu untuk kalian. "Kamu bodoh !" Suara
itu semakin menambah gerimis menjadi hujan yang sangat lebat, hingga
membuatku tak berdaya.
Dari seorang anak yang tak pernah dimengerti hatinya,
diabaikan pengorbanannya dan sebuah support yang tak
pernah didapatkannya.
Note :
Seberuntung apapun yang kalian ceritakan tentang hidup seseorang, belum tentu dia seberuntung yang kalian katakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar