Jumat, 11 April 2014

~ Part II



Aku tak percaya ! Masih ada keraguan yang mengacaukan fikiranku. Inbox dariku begitu lama di reply. Bahkan jika iya, responnya begitu singkat. Hingga aku sadar, kamu lebih mencintai ceritamu daripada ceritaku. Bukan hanya sekali, tapi berulang kali aku melihat kemesraan yang kamu tampilkan bersama dia “mantanmu” di beranda akun ku. Aku semakin yakin itu bukan kamu yang hanya mencintai aku. Tapi kamu berhasil menjadi seseorang yang tak pernah ku kenal sebelumnya. Aku menangis ! sementara kamu tertawa bersamanya. Aku tak tahan dengan semua ini ! Hingga aku berusaha mencari kejujuran hatimu padaku. Malam itu…
“Aku mau kamu jujur. Sebenarnya bagaimana perasaanmu sekarang untuk dia (mantanmu).”

“Maksud kamu apa ?”

“Kamu nggak usah bohong lagi. Aku udah tau semuanya. Sebenarnya kamu masih mencintai dia kan ? Sebenarnya kamu masih sayang kan sama dia ?”

“Oke. Iya. Aku masih sayang sama dia. Aku masih cinta sama dia.”

Sejenak, aku diam membisu. Rasanya jemariku tak sanggup lagi mengetik kata apapun setelah membaca pengakuan itu darinya.
“Aku berusaha cinta sama kamu. Tapi aku nggak bisa lupain dia. Dia selalu terbayang di fikiranku.”

“Terus, selama ini kamu anggap aku ini apa ? Iyakah jika itu pelampiasan cintamu yang telah dia acuhkan ? Jadi sebenarnya kamu nggak pernah cinta sama aku ?”

“Waktu pertama kali aku bilang cinta sama kamu. Itu benar adanya. Aku memang cinta sama kamu. Dan awalnya aku fikir dengan mencintai kamu, aku bisa lupain dia. Tapi aku nggak berhasil menemukan sosoknya dari kamu. Semua tentangnya selalu terbayang di memoryku. Aku belum bisa lupain dia. Kamu tau waktu aku menghilang dan nggak hubungi kamu sama sekali. Waktu itu aku sedang berfikir keras tentang perasaanku. Aku sedang melawan perasaanku yang selalu memikirkan dia. Aku berusaha berusaha menepis perasaan itu, karena aku sudah punya kamu. Tapi nggak berhasil. Aku minta maaf sama kamu.”

Cukup ! Aku tak mau lagi mendengar alasan menyakitkan lainnya. Aku tak sanggup mengetahui kejujuran yang terlalu menyakitkan untukku. Jangan sebut dia lagi !
“Kenapa kamu diam ? Kamu marah ya sama aku ? Aku sungguh minta maaf. Aku nggak tega selalu nyakitin perasaan kamu. Aku nggak berhasil buat kamu bahagia. Maafin aku.”

“Aku nggak marah ! Aku cuman kesel ! Kenapa kamu baru jujur sekarang ? Setelah aku terlanjur cinta sama kamu. Setelah aku yakin kamu yang terbaik buat aku. Kenapa nggak jujur dari awal kalau kamu masih cinta sama dia ? Kamu kira aku apa ? Aku perempuan ! Dan aku punya perasaan !”

“Aku minta maaf.”

“Aku tau aku terlalu manja buat kamu. Aku nggak bisa buat kamu bahagia. Aku cuman bisa buat kamu usah. Aku selalu ngerepotin kamu. Aku nggak pernah serius. Dan nggak ada yang bisa gantiin posisinya di hati kamu. Tapi aku udah terlanjur cinta sama kamu. Kamu harus ngerti itu !”
“Bukan. Justru aku yang nggak bisa buat kamu bahagia. Aku selalu buat kamu nangis. Terus sekarang kamu maunya gimana ? Aku mungkin nggak bisa lagi buat lanjutin hubungan ini. Aku nggak mau nyakitin kamu terus. Aku yakin suatu hari nanti kamu bakalan ketemu sama seseorang yang lebih baik dari aku. Sekarang kita jadi saudara aja ya ? Aku lebih nyaman kalau kita jadi saudara. Kamu mau kan ?”
Aku hanya diam dan tak membalas inbox nya.
Ya Tuhan… Perih sekali rasanya hati ini membaca kata demi kata darinya. Seperti aku tak pernah dianggap sebagai kekasihnya. Padahal selama ini, aku berusaha tegar saat kamu tengah dekat lagi dengan dia “mantanmu”. Sekarang, aku hanya sendiri menjalani waktu.

Aku terlanjur cinta kepadamu. Dan tlah kuberikan seluruh hatiku. Tapi mengapa baru kini kau pertanyakan cintaku. Aku pun tak mengerti yang terjadi. Apa salah dan kurang ku padamu. Kini terlambat sudah untuk dipersalahkan. Karna sekali cinta, aku tetap cinta. Mencoba bertahan di atas puing-puing. Cinta yang tlah rapuh. Apa yang ku genggam. Tak mudah untuk aku lepaskan.

Cuplikan lirik “terlanjur cinta” yang berhasil membuatku tak hentinya menangis. Aku merasakan sayatan perih di hatiku. Apalagi setelah tau kenyataan yang sebenarnya. Bahwa kamu masih setia menyimpan dia “mantanmu” dalam hatimu. Hal yang sebelumnya tak pernah ku bayangkan terjadi padaku. Jadi, aku bertahan hanya kau anggap debu belaka ? Beruntung sekali dia “mantanmu” mendapatkan cinta sejati darimu. Sampai kamu tak berhati menyiksa perasaanku begitu saja, sebelum akhirnya kamu membuangnya dengan sadis. Lalu, untuk paa kata-kata manis yang sering kamu ucapkan padaku ? untuk apa kamu memintaku menjadi sosok pendampingmu kelak, jika kenyataannya seperti ini.Kamu tak akan pernah mengerti bagaimana perasaanku yang sebenarnya. Karena kita berbeda ! Kamu tak mungkin menjadi aku. Dan aku tak mungkin menjadi kamu. Aku akui, kamu hebat ! Begitu sempurna caramu membuat wanita bahagia. Juga sempurna caramu membuat wanita menangis ! Terimakasih untuk pelajaran berharga yang sudah kamu torehkan begitu dalam di hatiku. Aku berharap tak ada wanita kedua yang menangis karenamu, seperti aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar